Rabu, 23 Maret 2011

Congregatio Missionis (CM)

 

Evangelizare pauperibus misit me

Ia telah mengutus aku untuk mewartakan kabar baik kepada orang-orang miskin

 

Kongregasi Misi

Atau CM (Congregatio Missionis atau the Congregation of the Mission), sering pula disebut dengan Vinsensian atau Lazaris, adalah komunitas para imam dan bruder yang didirikan oleh St. Vinsensius de Paul tahun 1625 di Perancis untuk mewartakan kabar gembira kepada kaum miskin dan pembinaan para klerus. Sekarang para imam dan bruder berjumlah total 4000 orang di seluruh dunia dan mengabdikan diri di 86 negara.
Dalam menggapai kekudusan misioner, kami berusaha mengenakan Roh Kristus sendiri dalam melaksanakan tujuan utama CM: mewartakan Injil kepada kaum miskin dan membina para calon imam serta rasul awam.
Semangat CM adalah mengenakan semangat Kristus Sang Pewarta Kabar Gembira kepada orang miskin (Luk 4:18). Semangat ini diwujudkan oleh St. Vinsensius a Paulo dalam lima keutamaan, yakni: Kesederhanaan, Kerendahan Hati, Kelembutan Hati, Mati Raga, dam Penyelamatan Jiwa-jiwa.
Untuk menjaga kesetiaan dalam pelayanan kepada orang miskin, Imam dan Bruder CM mengikrarkan kaul kekal  sederhana, yakni KEMURNIAN, KEMISKINAN, KETAATAN dan STABILITAS (=Kesetiaan untuk tinggal seumur hidup dalam CM  untuk mewartakan Injil kepada orang miskin)

St. Vinsensius a Paulo, Pendiri

Ia lahir di desa Pouy, Prancis Selatan, pada tahun 1581. Sebagai anak, ia hidup dalam kemiskinan. Ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1600. Pada awalnya Vinsensius muda mencoba lari dari kemiskinan keluarganya. Namun, dengan bantuan para pembimbing rohani, ia merasakan panggilan kepada kesucian yang mendalam. Melalui berbagai peristiwa dalam hidupnya, Vinsensius dibimbing oleh Penyelenggaraan Ilahi kepada pengabdian total bagi keselamatan orang-orang miskin dan papa. Ketika melaksanakan pelayanan di Gannes dan Folleville (pada tanggal 25 Januari 1617), ia melihat bahwa pewartaan kabar gembira kepada kaum miskin merupakan kebutuhan yang sangat mendesak. Vinsensius meyakini bahwa peristiwa itu merupakan awal dari panggilannya dan awal dari Kongregasi Misi. Siapa St. Vinsensius bagi Gereja? Paus Leo XIII, yang melahirkan Rerum Novarum (1891) - ensiklik pertama yang menjadi awal Ajaran Sosial Gereja – pada tahun 1885 mengangkat St. Vinsensius sebagai pelindung karya kasih. Paus Yohanes Paulus I melihat St. Vinsensius sebagai gigante della carita (raskasa cinta kasih). Paus Yohanes Paulus II menggambarkan St. Vinsensius sebagai “a man of action and prayer, of administration and imagination, of leadership and humility, a man of yesterday and of today. Paus Benedictus XVI, dalam Ensiklik Deus Charitas Est, menegaskan bahwa St. Vinsensius adalah ikon dan sumber inspirasi karya kasih dan solidaritas kristiani.


Karya CM Indonesia
Di Indonesia, karya perutusan CM dirintis oleh para misionaris dari Belanda (1923) dan Italia (1965), lalu diperkuat oleh misionaris asal Perancis, Swiss dan Amerika Serikat yang terusir dari Vietnam (1976). Berkat rahmat Allah, CM Provinsi Indonesia terus bertumbuh-kembang dan kini berkarya di tujuh keuskupan: Surabaya, Malang, Jakarta, Sintang, Pontianak, Banjarmasin, dan Manokwari-Sorong. Kami lahir dari misi untuk terus bermisi! Demikianlah kami pun kini bermisi hingga ke luar negeri: Daru-Kiunga (Papua New Guinea), Honiara (Solomon Islands), dan Taiwan.


PROVINSIALAT CM
Jl. Kepanjen No. 9
Surabaya 60175 Indonesia
Telp. (031) 3540369
Fax (031) 3538166
Rm. A. Gigih Yulianto, CM (Gigih)
Seminarium Internum
Jl. Raya Candi VA/62B
Malang 65146
Telp. (0341) 560928
E-mail: gigih_5@yahoo.com
Rm. A. Martinus Paryanto, CM (Paryanto)
Gereja Katolik St. Maria
Jl. Cepaka 10 Blitar 66121
Telp (0342) 802973
E-mail: martinus140775@gmail.com
Rm. Sebastianus W. Bu’ulölö, CM (Bastian)
Seminari Menengah St. Vincentius a Paulo
Jl. Merdeka Timur 4-6
Garum – Blitar 66101
Telp (0342) 561314
E-mail: bastiancm@gmail.com
Rm. Yoh. Thomas M. Puji Nurcahyo, CM (Puji)
Gereja Katolik St. Fransiskus Xaverius
Jl. Melati 1 – Rt 001/012Rawa Badak, Koja
Tanjung Priok
Jakarta 14230
Telp (021) 43931808
E-mail: pujinurcm@gmail.com

Societas a Sacro Cordis Jesu (SCJ)

Pater Leo DEHON
Pendiri Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus – SCJ
(1843 - 1925) 
Masa Kecil
Leo Dehon lahir pada 14 Maret 1843 di La Capelle, Aisne, Prancis Utara. la lahir sebagai anak ketiga dari keluarga yang tergolong berada. Ayahnya, Alexander Jules Dehon, seorang jujur, murah hati dan penderma. Namun Alexander sudah sejak masa mudanya meninggalkan Gereja, sewaktu belajar di kota Paris. Ia terpengaruh oleh gerakan anti Gereja. Istrinya, Adele Belzamine (ibu Leo), seorang yang saleh dan sangat memperhatikan pendidikan rohani anak anaknya.

Leo memperoleh pendidikan dasar di La Capelle. Kemudian ia melanjutkan di Kolese di Hazebrouck. Selesai belajar di kolese tersebut, ia mengajukan keinginannya menjadi imam. Ayahnya menolak keinginannya. Leo malahan dianjurkan belajar hukum di Universitas Sorbone di Paris. Hal itu sebagai taktik ayahnya agar Leo melupakan cita citanya menjadi imam. Ternyata masa studi ini sangat bermanfaat bagi Leo. Kurikulum Fakultas saat itu banyak membicarakan masalah masalah sosial, ekonomi dan politik yang aktual. Leo juga aktif dalam riset riset pribadi maupun studi kelompok, sehingga perhatiannya pada masalah masalah sosial sangat berkembang. Dalam tahun 1864 Leo meraih gelar doktor Hukum Sipil.

Menjadi Imam
Ayahnya menghendaki agar Leo menduduki jabatan tinggi di pemerintahan. Tetapi Leo lebih memilih menjadi imam. Setelah banyak mendapat pertentangan dari keluarganya, akhirnya Leo diizinkan mengikuti cita citanya. Tahun 1865 ia masuk Seminari Santa Klara di Roma. Studinya dilaluinya dengan lancar. Pada 19 Desember 1868 ia ditahbiskan di Gereja Santo Yohanes Lateran, di Roma. Kedua orangtuanya menyaksikan peristiwa yang sangat bersejarah dalam kehidupan Leo Yohanes Dehon itu. Pada hari itulah ayahnya, yang tidak begitu peduli dengan kehidupan imannya, mengaku dosa dosanya agar dapat menyambut komuni suci dalam persembahan misa pertama Leo hari berikutnya.

Leo kemudian meneruskan studinya di Roma hingga meraih gelar doktor ilmu Ketuhanan (teologi) tahun 1871. Pada Konsili Vatikan I, ia juga bekerja sebagai stenograf dalam sidang sidang Konsili itu. Meskipun kesibukan menyita waktunya, Leo masih berhasil meraih gelar Hukum Gereja dan Filsafat.

Setelah kembali ke Prancis ia ditugaskan sebagai pastor pembantu di Saint Quentin, sebuah kota industri di Prancis Utara. Kehidupan kaum buruh waktu itu sangat memprihatinkan. Leo Dehon tergerak hatinya dan mulai memperjuangkan nasib mereka. Ia mengunjungi mereka dan membicarakan suka duka hidup mereka. Ia juga mengadakan pendekatan dengan para pemilik pabrik, membujuk mereka agar upah buruh dinaikkan. Sebuah surat kabar didirikannya untuk memperjuangkan orang orang miskin dan kaum buruh.

Sejak belajar di Roma, Leo Dehon mencita citakan kehidupan belajar dan merenung. Dan setelah menjadi imam dengan berbagai pekerjaan yang menyita seluruh hidupnya, cita cita itu dirasakannya sebagai sangat tepat untuk dikembangkan. Pada waktu itu ia juga menjadi pembimbing rohani Suster suster Hamba Hati Kudus Yesus. Kongregasi ini sangat membantu Pater Leo Dehon dalam karya karya sosialnya. Di samping itu kehidupan rohani dan semangat mereka sangat sesuai dengan cita cita Leo Dehon sendiri, yakni cintakasih dan pemulihan kehormatan Hati Yesus dan bersama Yesus kepada Allah. Keinginannya yaitu menjadi imam sekaligus biarawan dengan semangat itu. Ia mencari Kongregasi kongregasi dengan semangat para Suster Hamba Hati Kudus Yesus, namun ia tidak menemukan satu pun yang sesuai dengan dorongan hatinya.

Mendirikan Kongregasi SCJ
Di bawah bimbingan Pater Modiste SJ ia mulai merintis cara hidup baru. Atas nasihat Pater Modiste juga ia berani mengambil keputusan yang sangat menentukan dengan memulai masa persiapan, yaitu Masa Novisiat. Ia memilih nama Yohanes dari Hati Kudus. Pada Hari Raya Hati Kudus Yesus, 28 Juni 1878, Leo Yohanes Dehon mengikrarkan kaul kaul hidup membiaranya. Itulah awal mula berdirinya Kongregasi Imam imam Hati Kudus Yesus, suatu Kongregasi yang dipersembahkan untuk cintakasih dan pemulihan kepada Allah.

Tidak lama kemudian beberapa orang bergabung dengan Pater Dehon. Hal itu membawa perkembangan cukup pesat bagi Kongregasi, di antaranya Kongregasi mulai berkembang ke negara Eropa Barat dan dimulainya misi di Equador sepuluh tahun kemudian.

Pater Dehon dan karya sosial……
Sampai akhir hidupnya Pater Dehon memimpin Kongregasi sebagai Superior Jenderal. Ia rajin mengunjungi putra putranya yang mulai tersebar juga di luar Eropa dan memberikan semangat rohani kepada mereka. Leo Yohanes Dehon wafat di Brussel tgl 12 Agustus 1925.

Pater Leo Yohanes Dehon, Sang Abdi Cintakasih, telah menyerahkan diri seutuhnya demi Kerajaan Hati Kudus Yesus. Ia mengabdi bagi cintakasih Allah. Kesetiaan dan cintanya kepada Kristus diwujud nyatakan dalam karya karya cintakasih kepada sesama manusia. Perhatiannya terutama bagi mereka yang tersingkir dan tertindas serta bagi mereka yang memerlukan uluran tangan penuh cinta.

Semangat hidupnya terungkap dalam pesan terakhir bagi para pengikutnya, “Untuk Dia aku hidup dan untuk Dia aku mati” sambil menunjuk patung Hati Kudus Yesus. Itulah warisan melimpah bagi kita yang hidup pada zaman ini.


Dasar Spiritualitas SCJ
1. Kongregasi baru ini berakar pada pengalaman iman Pater Dehon. Pengalaman seperti diungkapkan Santo Paulus, “Hidupku yang kujalani sekarang dalam daging, adalah hidup dalam iman akan Anak Allah, yang telah mengasihi aku, dan telah menyerahkan diri untukku” (Gal 2:20). Leo Dehon mengalami betapa cintakasih itu hadir dan berkarya dalam hidupnya. Baginya Lambung Penebus yang tertikam dan terbuka merupakan ungkapan cintakasih paling mengesan. Cintakasih Kristus, yang mengorbankan diri sampai mati, adalah sumber keselamatan.

2. Pater Dehon sangat peka terhadap dosa yang membuat Gereja menjadi lemah. Ia mengenal baik kemalangan dan kejahatan yang ada dalam masyarakat. Ia mempelajari secara teliti sebab musababnya. Ia sampai pada kesimpulan bahwa sebab yang paling dalam ialah penolakan terhadap cintakasih Kristus. Tergerak oleh cintakasih yang ditolak itu, putra bangsawan De Hon itu ingin membalasnya melalui suatu persatuan mesra dengan Kristus dan ikut menegakkan KerajaanNya dalam batin manusia dan dalam masyarakat.

3. Dengan Kongregasi ini Pater Dehon bermaksud, agar para anggotanya mempersatukan seluruh dirinya, sebagai biarawan dan rasul, dengan persembahan Kristus kepada Bapa sebagai pemulihan demi kepentingan manusia. Itulah maksud khas dan asli Pater Dehon serta menjadi ciri khas Kongregasi. Para anggotanya diharapkan menjadi nabi cintakasih dan pelayan perdamaian. Mereka hendak mempersembahkan seluruh dirinya dengan kegembiraan kesedihannya. Mereka menjadikan seluruh hidupnya suatu ibadah persembahan kasih dan pemulihan. “Persatuan dengan Kristus itu mengungkapkan diri sepadatnya dalam Korban Ekaristi, sehingga seluruh hidupnya menjadi suatu Misa yang terus menerus” (Konst. SCJ no. 5)

Pater Dehon merumuskan seluruh panggilan, cita cita dan tujuan Kongregasi dalam kata kata: ECCE VENIO (Lihatlah Aku datang.... untuk melakukan kehendak Mu, ya Allah) dan ECCE ANCILLA (Aku ini hamba Tuhan).

Pater Dehon menyadari bahwa untuk menghadirkan “Kerajaan Hati Kudus Yesus dalam hati manusia dan dalam masyarakat” tidak mungkin dibuatnya sendiri bersama dengan Kongregasinya. Sejak pertama dia sudah melibatkan orang lain di luar Kongregasinya untuk bekerja sama mewujudkan apa yang menjadi keinginan hatinya itu. Dari sinilah munculnya keyakinan bahwa orang-orang lain di luar biaranya pun dipanggil untuk ikut serta di dalam “Gerakan Cinta Kasih” sebagaimana dicita-citakan oleh Pater Leo yohanes Dehon.



Propinsialat SCJ Indonesia Jl. Karya Baru 552/94  Km.7
Palembang  30152
Sumatera Selatan
Indonesia
Telp.: (+62) 0711 410835
Fax: (+62) 0711 417533
Email: sekpropscj@gmail.com

 

Selasa, 22 Maret 2011

Seminari Menengah St. Petrus Kanisius - Mertoyudan

PETRUS CANISIUS : PELINDUNG SEMINARI MERTOYUDAN

Petrus Canisius pantas diangkat sebagai pelindung Seminari Mertoyudan karena dia menaruh perhatian besar pada pendidikan calon-calon imam dan mendirikan seminari-seminari.


Petrus Canisius lahir pada tanggal 8 Mei 1521 di kota Nijmegen, Belanda, dari pasangan Jacob Canis dengan puteri seorang apoteker yang terkenal. Ayahnya, Jacob Canis, seorang Walikota yang sangat dihormati oleh masyarakat. Canisius termasuk anak nakal yang sering meresahkan orangtuanya. Ketika keluarganya mengikuti Ekaristi di dalam gereja, dia malah bermain di halaman gereja. Bilamana di dalam gereja, dia sering berbuat iseng. Petrus Canisius sendiri mengaku bahwa dirinya termasuk sombong dan angkuh karena ayahnya adalah penguasa Namun setelah bertobat dari kenakalannya, Canisius suka melakukan visitasi di depan Sakramen Mahakudus di dalam gereja dekat sekolahnya. Dalam visitasinya inilah ia mulai merasakan kedekatan dengan Allah.
 

 Sekolah pertama yang dimasuki oleh Petrus Canisius adalah sekolah berbahasa Latin di kota Nigjmegen. Ketika berumur 12 tahun Canisius pindah ke sekolah berasrama, hidup bersama teman laki-laki sebaya. Setelah menyelesaikan sekolah di Nijmegen, Canisius didaftarkan oleh ayahnya ke Universitas Koln (Jerman). Di Koln Canisius dititipkan pada seorang imam bernama Andrew Herll, yang tinggal di biara Carthusian dekat gereja St. Gereon. Gereja ini nantinya turut berperanan dalam menumbuhkan kerohanian Canisius. Selama tinggal di biara Koln itu, ada beberapa orang yang mempunyai pengaruh besar dalam hidup Canisius. Mereka itu adalah: Nicholas van Esche, Laurence Surius, Andrian dari Utrecht, Jorgen Skodborg, Gerard Kalckbrenner, dan Johann Justus. Mereka itulah yang menjadi pendamping Petrus Canisius dalam menghadapi suasana kota Koln yang kering, brutal, korup dan sekular. Umumnya mahasiswa Koln suka berkelahi, mabuk, judi, dan musik.
 

Setelah menyelesaikan studi filsafatnya di Koln, tahun 1539 Canisius melanjutkan studinya di Louvain, Belgia, untuk mengikuti kursus singkat hukum Gereja. Ayahnya sudah curiga pada kedekatan Canisius dengan para imam dan rahib Carthusian di Koln. Ayahnya bermaksud membelokkan kedekatan Canisus itu dengan menghadirkan seorang puteri cantik dalam hidupnya. Namun perempuan cantik itu tidak mampu mengubah minatnya pada hidup rohani. Canisius menyikapi tawaran ayahnya itu dengan mengucapkan kaul kemurnian pribadi. Segala usaha ayahnya untuk membelokkan Canisius dari cita-citanya tidak bisa mengalahkan karya Allah yang menghendaki dia menjadi imam.
 

 Pada tahun 1540-1543, Canisius meneruskan belajar teologi. Canisius mengambil spesialisasi di bidang Kitab Suci. Persahabatannya dengan Laurence Sarius berkembang selama studinya di Universitas Koln. Mereka berkaul untuk tidak akan saling berpisah. Kaul ini sangat mengikat mereka. Jika salah satu di antara mereka masuk ke lembaga religius tertentu, yang lain harus mengikutinya juga. Pada Februari 1540 Surius masuk ordo Carthusian di Koln. Pilihan Surius ini membuat Canisius dalam kesulitan karena dia masih condong untuk masuk sebuah ordo imam baru yang masih ia tunggu. Ordo baru ini tidak muncul sampai sekitar 7 bulan setelah Surius masuk ordo Carthusian. Canisius tetap yakin akan panggilannya untuk masuk ordo imam baru yang keberadaannya belum ia ketahui. Sementara itu Canisius tetap melanjutkan studinya di Koln.
 

 Pada suatu ketika, perhatian Canisius terarah pada seorang imam muda Spanyol, Alvaro Alfonso namanya. Setelah beberapa saat bertemu di Koln, Alvaro dan Canisius bersahabat. Allah bekerja melalui Alvaro Alfonso. Melalui dia untuk pertama kalinya Canisius mendengar ceritera yang sangat inspiriatif tentang Ignatius Loyola dan sahabat-sahabatnya, terutama Petrus Faber. Canisius lalu pergi mencari Petrus Faber di Mainz, Jerman. Ia disambut hangat oleh Petrus Faber. Tidak lama sesudah itu, Canisius manjalani Latihan Rohani di bawah bimbingan Pater Petrus Faber, salah seorang pendiri Serikat Yesus. Canisius menuliskan pengalamannya menjalani Latihan Rohani kepada temannya di Koln sbb.: "Aku tidak dapat menemukan kata-kata untuk menggambarkan pengalamanku menjalani Latihan Rohani. Pengalaman ini mengubah jiwa dan perasaan-perasaanku, menerangi akal budiku dengan cahaya baru dan memberiku inspirasi dengan kekuatan yang menyegarkan. Melimpahnya rahmat ilahi juga mengalir dalam tubuhku. Aku sungguh-sungguh dikuatkan dan diubah menjadi manusia baru".
 

 Setelah menjalani Latihan Rohani, Petrus Canisius mengambil keputusan untuk menjadi seorang Yesuit. Pada tanggal 8 Mei 1543, dia diterima menjadi novis Serikat Yesus, dan menjalani novisiat di Mainz, Jerman. Dengan demikian, Canisius telah menemukan ordo imam baru yang telah sekian tahun lamanya ditunggu kelahirannya. Inilah saat terpenuhinya ramalan seorang wanita suci dari kota Arnhem bahwa Canisius akan bergabung dengan sebuah lembaga religius yang saat itu sedang dalam proses didirikan. Lembaga religius itu adalah Serikat Yesus.
 

Masa novisiat di Koln bagi Canisius menjadi masa pemisahan yang tenang dari kehidupan duniawi. Pada tanggal 8 Mei 1543, persis pada hari ulang tahunnya dan sekaligus hari pesta nama St. Mikael, Petrus Canisius mengucapkan kaul di dalam Serikat Yesus. Hari ini oleh Canisius dilihat sebagai hari kelahirannya yang kedua. Dia melihat Petrus Faber sebagai ayah keduanya yang telah melahirkannya kembali menjadi manusia baru di dalam Tuhan. Selanjutnya, Canisius kembali ke Koln untuk meneruskan studi teologinya. Ia ditahbiskan menjadi imam di Koln pada tanggal 12 Juni 1546.
 

Sebagai imam muda, Petrus Canisius diutus oleh Ignatius untuk mengajar di kolese Yesuit pertama di Messina, Sicilia. Tetapi tidak lama kemudian, pada bulan September 1549, Paus Paulus III mengutusnya ke Jerman untuk menangani misi penting, yaitu membela Gereja Katolik Jerman melawan serangan para reformator. Pada waktu itu, suasana Gereja di negeri Jerman sedemikian kacau sebagai akibat Reformasi. Umat sulit membedakan ajaran Gereja Katolik dan ajaran Luther. Canisius diminta membendung arus penyeberangan orang-orang Katolik ke Protestantisme dan mengembalikan mereka ke pangkuan Gereja. Lewat khotbah-khotbahnya, dia menjelaskan tema-tema pokok iman Katolik.
 

 Pada bulan Februari 1552, Canisius diutus ke Wina, Austria, untuk mendirikan sebuah kolese Yesuit dan menyalakan kembali iman orang-orang Katolik. Di ibukota Austria itu, ia mendapati Gereja sudah kehilangan umatnya. Banyak juga, Gereja terpaksa ditutup karena tidak ada imamnya. Ia lalu mencari calon-calon imam, dan mendirikan sebuah seminari di dekat kolese Wina tersebut.
 

 Selama berkarya di Wina, Petrus Canisius menghasilkan buku yang sangat terkenal, yaitu Katekismus. Buku itu menjadi sangat populer di Jerman karena memenuhi kebutuhan yang paling mendesak pada saat itu. Buku itu memuat ajaran Kristiani; terbit pada bulan April 1555. Buku itu ditulis dalam bahasa Latin, dengan judul: Summarium Doctrinae Christianae (Ringkasan Doktrin Kristen). Isi bukunya berupa tanya jawab karena dimaksudkan sebagai pegangan praktis bagi para pelajar kolese. Buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman pada tahun 1556. Sebuah penyesuaian diterbitkan bagi anak-anak Sekolah Menengah dengan judul: Katekismus Singkat. Katekismus ini mengalami sekitar dua ratus kali cetak ulang selama Canisius masih hidup, dan terus dicetak ulang sampai abad XIX.
 

Pada bulan Juli 1555, ia pergi ke Praha untuk membuka sebuah kolese. Pada bulan Juni 1556, ia ditunjuk menjadi Provinsial di Jerman, dan tugas ini dijalaniselama empat belas tahun. Setelah dibebaskan dari tugas sebagai Provinsial pada tahun 1569, ia pergi ke Insburck untuk menulis buku-buku ilmiah dan berkhotbah. Pada tahun 1573, ia mengunjungi Roma untuk membicarakan situasi Jerman dengan Paus. Selama pembicaraan itu, ia menganjurkan supaya di Jerman didirikan lebih banyak seminari. Ia percaya, kalau persiapan para imam menjadi semakin baik, umat Katolik di paroki-paroki akan semakin baik pula.
 

 Menginjak usianya yang ke-68, kesehatannya mulai memburuk. Keadaan ini memaksa dia menghentikan aktivitasnya. Pada tanggal 21 Desember 1597, pada usianya yang ke-76, ia meninggal dalam damai Tuhan. Petrus Canisius dinyatakan sebagai santo oleh Paus Pius XI pada taggal 21 Mei 1925, dan diberi gelar Pujangga Gereja. Pesta Santo Petrus Canisius dirayakan setiap tanggal 27 April.

 Selama hidupnya ia telah mendirikan 18 kolese, dan mengarang 37 buku. Lewat khotbah-khotbahnya, ia berperan besar dalam membantu membangun kembali kekatolikan di Jerman. Kecuali itu, sumbangan penting yang pantas dicatat adalah perhatiannya yang besar terhadap pendidikan calon-calon imam untuk mendukung pembangunan Gereja. Hal terakhir inilah yang menjadi dasar utama mengapa Petrus Canisius diangkat sebagai pelindung Seminari Menengah Mertoyudan. Hidup dan semangatnya banyak memberi inspirasi untuk penyelenggaraan pendidikan calon-calon imam.



SEJARAH (wikipedia.org)

Awal berdirinya Seminari Menengah Mertoyudan tidak dapat dilepaskan dari 2 pemuda lulusan Kweekschool Muntilan yang berkeinginan menjadi imam, yakni Petrus Darmaseputra dan F.X. Satiman.

November 1911 mereka menghadap Romo Van Lith dan Romo Mertens SJ dan mohon agar diperkenankan belajar menyiapkan diri menjadi imam.

Niatan kedua pemuda ini, yang juga dengan mempertimbangkan kebutuhan imam di Indonesia, ternyata mampu mendorong munculnya gagasan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi para calon imam. Proses perijinan dari Roma pun diurus, dan 30 Mei 1912 izin resmi dari Roma keluar untuk memulai lembaga pendidikan calon imam di Indonesia. Kursus pendidikan tersebut diselenggarakan di Kolese Xaverius Muntilan.

Antara tahun 1916-1920 sudah ada 10 siswa Muntilan yang dikirim ke sekolah Latin yang diselenggarakan para pastor Ordo Salib Suci di Uden, Belanda. Dua siswa meninggal dan seorang lagi terganggu kesehatannya, kemudian diambil kebijakan untuk menyelenggarakan pendidikan di Indonesia. Kursus di Muntilan pun disempurnakan.

Tanggal 7 September 1922, dua seminaris menjadi novis pertama pada Novisiat Serikat Yesus yang baru dibuka di Yogyakarta dengan rektor dan pimpinan novisiatnya Romo Strater SJ.

Mei 1925 dimulai Seminari Kecil (Klein Seminarie), yang gedungnya dibangun di sebelah barat kolese St. Ignatius Yogyakarta tanggal 19 Desember 1927 dan diberkati Mgr APF van Velsen SJ. Kursus diadakan bagi mereka yang baru tamat Sekolah Dasar Hollands Inlandse School (HIS) dan Europese Lagere School (ELS). Bersamaan dengan itu kursus di Muntilan, bagi mereka yang sudah memiliki ijasah guru tetap, juga tetap berlangsung.

Sekitar tahun 1927 kursus ini digabung dengan Seminari Kecil di Yogyakarta. Karena jumlah siswnya meningkat hingga 100 siswa lebih, seminari dipindah ke Mertoyudan Magelang. Pelajaran pertama dimulai 13 Januari 1941.

8 Maret 1942 tentara Belanda menyerah kepada Jepang. Gedung Seminari Mertoyudan diduduki Jepang dan digunakan untuk sekolah Pertanian Nogako. Tanggal 5 April 1942 para seminaris terpaksa pulang ke rumah masing-masing. Meski demikian pendidikan calon imam tetap dilangsungkan di berbagai pastoran, diantaranya di Boro, Yogyakarta, Ganjuran, Muntilan, Girisonta, Ungaran, Semarang dan Solo. Pelajaran diberikan dengan sembunyi-sembunyi. Selama masa sulit ini, seminari lazim disebut Seminari in diaspora. Situasi ini berlangsung hingga 1945.

Dalam masa Revolusi Fisik, gedung Seminari Mertoyudan sempat dibumihanguskan. Sisa-sisa bangunan menjadi jarahan. Setelah situasi tenang, Seminari dibangun kembali oleh Vikariat Semarang dan berakhir Agustus 1952. Bangunan tersebut sekarang merupakan bagian dari gedung Domus Patrum dan Medan Madya. Setelah pembangunan selesai, selama liburan para seminaris pindah ke Mertoyudan.

Tanggal 3 Desember 1952 gedung Seminari Mertoyudan diberkati Mgr Albertus Soegijapranata SJ. Lima tahun kemudian dibangun gedung tambahan yang dipergunakan untuk seminari, yaitu Medan Utama dan Medan Pratama. Sejak saat itu semakin banyak murid tamatan SD yang diterima di Seminari Mertoyudan. Namun berdasar pertimbangan lain, tamatan SD tidak diterima lagi sejak tahun 1968. Yang diterima hanya tamatan SLTP dan SLTA.

Tahun 1971 siswa seminari lulusan SLTA tinggal di Yogyakarta dan mengikuti kuliah di IKIP Sanata Dharma hingga menyelesaikan pendidikan sarjana muda. Tahun 1972 siswa tamatan SLTA juga ditampung di Seminari Mertoyudan. Karena berbagai alasan, tahun 1974 di Wisma Realino Yogyakarta dibangun cabang Seminari untuk menampung siswa tamatan SLTA.

Di Mertoyudan dilakukan penambahan gedung. Tahun 1976 dilakukan penambahan gedung, yang diresmikan dan mulai dihuni oleh Seminaris Medan Utama. Tahun itu juga Seminari Cabang Yogyakarta digabung lagi dengan Seminari Mertoyudan hingga sekarang.


Makna Lambang Seminari Mertoyudan  

1. Kebanyakan lembaga pendidikan memiliki lambang.
Lambang adalah gambar atau lukisan yang menyatakan sesuatu atau mengandung maksud tertentu. Lewat lambang tersebut pemrakarsa/ pendiri lembaga pendidikan bermaksud melukiskan apa yang menjadi cita-cita atau visi lembaga yang didirikan. Nilai-nilai yang terkandung dalam lambang tersebut menjadi acuan dan penggerak dalam menyelenggarakan pendidikan.
a. Perisai melambangkan perjuangan.
b. Warna dasar kuning emas melambangkan kemuliaan.
c. Warna hijau pada tulisan SSS melambangkan harapan untuk bertumbuh.
d. Warna merah pada karang melambangkan kegairahan.
e. Warna hitam pada anjing melambangkan kesungguhan.
f. Warna putih pada latarbelakang karang dan anjing melambangkan kesucian.
g. Dengan demikian, lambang Seminari Mertoyudan itu mengandung pengertian, dengan kegairahan dan kesungguhan yang didasari oleh niat suci, Seminari berjuang untuk pertumbuhan Seminaris dalam sanctitas (kesucian), sanitas (kesehatan), dan scientia (pengetahuan) menuju cita-cita imamat mulia seturut teladan Santo Petrus Canisius.
4. Huruf "CS" dalam lambang merupakan singkatan dari "Canisii Seminarium", yang artinya "Pesemaian Canisius". Gambar "batu karang" di bawah tulisan "CS" mau mengungkapkan Petrus sebagai batu karang. Hal ini mengingatkan kita akan sabda Yesus kepada Petrus, "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku" (Mat 16: 8). Gambar "anjing" mau menunjuk nama diri "Canisius" (canis = anjing). Dengan lambang itu, mau diungkapkan bahwa Seminari Menengah Mertoyudan berada di bawah lindungan Santo Petrus Canisius. Petrus Canisius dijadikan pelindung Seminari Mertoyudan karena beliau mempunyai perhatian besar terhadap pendidikan calon-calon imam.
5. Huruf "SSS" merupakan singkatan dari Sanctitas, Sanitas, dan Scientia. Dengan "SSS", dimaksudkan bahwa Seminari Menengah Mertoyudan bercita-cita mendidik seminaris agar seminaris berkembang secara seimbang dalam kesucian, kesehatan, dan pengetahuan. Kata "Sanctitas", "Sanitas", dan "Scientia" tersebut diharapkan menjadi acuan baik bagi para pembina dalam memberikan pendampingan maupun bagi seminaris dalam mengembangkan diri ke arah panggilan imamat.
6. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan makna lambang Seminari Menengah Mertoyudan. Petrus Canisius dipilih sebagai pelindung Seminari Mertoyudan karena beliau adalah seorang tokoh Gereja yang menaruh perhatian besar terhadap pendidikan calon-calon imam. Berkat teladan dan semangatnya, seminaris -dalam kerjasama dengan para pembina - dan dengan didasari kegairahan, kesungguhan, niat suci, dan keterbukaan pada Roh Kudus - berjuang mengembangkan diri menjadi pribadi yang suci, sehat, dan berpengetahuan menuju cita-cita imamat mulia dalam rangka memenuhi kebutuhan Gereja.

VISI, MISI, TUJUAN DAN NILAI DASAR SEMINARI

A.VISI
Visi Seminari adalah menjadi komunitas pendidikan calon imam tingkat menengah yang handal dan berkompeten dalam mengembangkan sanctitas (kesucian), sanitas (kesehatan), dan scientia (pengetahuan) ke arah imamat yang tanggap terhadap kebutuhan zaman.

B.MISI
Misi Seminari adalah
1.mendidik dan mendampingi seminaris (siswa) menjadi pribadi yang berkembang secara integral dalam sanctitas (kesucian), sanitas (kesehatan), dan scientia (pengetahuan) ke arah kedewasaan sesuai dengan usianya sehingga semakin mampu mengambil keputusan sesuai dengan panggilan hidupnya.

2.menyelenggarakan pendidikan yang mampu membentuk dan mengembangkan seminaris menjadi pribadi yang jujur, setia, disiplin, bertanggung jawab, solider, mampu bekerjasama, berjiwa melayani, berani memperjuangkan keadilan, dan mampu berdialog dengan penganut agama/kepercayaan lain, dengan mengedepankan manajemen partisipatif.

C. TUJUAN
Tujuan Seminari
1.mendampingi seminaris dalam mengolah hidup rohani, panggilan, kegerejaan dan kemasyarakatan, agar mampu mengambil keputusan sesuai dengan panggilan hidupnya.

2.mendampingi seminaris untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang sehat secara fisik maupun psikis, dewasa secara manusiawi maupun kristiani, sehingga seminaris memiliki kesiapsiagaan untuk menanggapi panggilan Tuhan.

3.melaksanakan kegiatan pendidikan dan pembelajaran secara efektif dan efisien agar kompetensi seminaris berkembang secara optimal sehingga seminaris memiliki bekal yang memadai untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan imamat berikutnya.

NILAI-NILAI DASAR

Kegiatan pendidikan di Seminari dilaksanakan dengan mengedepankan dan mendasarkan diri pada nilai-nilai dasar, antara lain: iman, harapan, kasih, kejujuran, kesetiaan, kedisiplinan, tanggungjawab, solidaritas, keadilan, dan pelayanan.


Sumber: Web Resmi Mertoyudan


Alamat Lengkap :
Seminari Menengah St. Petrus Canisius Mertoyudan
SMA Seminari Mertoyudan
Jl.Mayjend. Bambang Soegeng Mertoyudan,
Kotak Pos 103 Magelang 56101
Telepon (0293) 326718; Fax. (0293) 325057.

Minggu, 20 Maret 2011

Seminari Menengah Roh Kudus - Tuka

  1. Latar belakang pemilihan nama Seminari dan maknanya bagi para calon imam.
    Seminari Tuka memilih pelindung Roh Kudus karena didirikan dan diberkati tepat pada Hari Raya Pentekosta.
  2. Sejarah berdirinya dan perkembangannya
    a. Tanggal berdirinya: 9 Juli 1953
    b. Pendiri: P. Norbert Shadeg, SVD.
  3. Situasi awal dan perkembangannya
    Tuka adalah sebuah dusun kecil yang tidak begitu terkenal di daerah pulau Dewata Bali. Tuka terletak di sebelah selatan Pulau Bali, masuk dalam wilayah Kecamatan Kuta Utara – Kabupaten Badung, kurang lebih 14 km dari kota Denpasar. Berkat karya misi Gereja yang berawal tahun 1935 dan dengan diangkatnya Mgr. Hubert Hermens, SVD sebagai seorang Prefektur Apostolik oleh Vatikan untuk wilayah Bali-Lombok, kemajuan karya misi Gereja Lokal dalam bidang pendidikan dan kesehatan serta sosial dirasakan begitu pesat. Pulau Bali secara resmi menjadi wilayah karya Misi Gereja Universal.
    Pesatnya perkembangan Misi Gereja saat itu disebabkan pula oleh kedatangan para misionaris SVD (Societas Verbi Divini – Serikat Sabda Allah), seperti P. Simon Buis, SVD., P. Jan Kersten, SVD., P. Anton de Boer, SVD., P. Jan Heyne, SVD. Maka tak bisa dipungkiri lagi bahwa terang telah bersinar di wilayah Pulau Dewata yang diawali dengan pembaptisan beberapa orang Bali menjadi katolik serta peresmian gereja pertama di Tuka.
    Pada tanggal 9 Juli 1949, P.Norbert Shadeg, SVD bersama rekannya P. Joseph Flaska, SVD. diutus menjadi misionaris ke Bali.
    Pada tanggal 9 Juli 1953, P.N. Shadeg, SVD mendirikan sebuah lembaga Seminari kecil (setingkat SMP) di dusun Tangeb, sekitar 15 km dari Denpasar. Kesulitan terberat yang dihadapi P. Shadeg, SVD adalah melawan tantangan dari pemuda rakyat yang berhaluan komunis yang tidak setuju terhadap usaha Gereja membangun Seminari kecil di Tangeb. Namun P.N. Shadeg tetap gigih berjuang membangun Seminari kecil di Pulau ini. Meski banyak tantangan, seminari yang baru didirikan bertahan di Tangeb selama 3 tahun. Kemudian muncul gagasan baru dari Mgr. Hermens dan P.N. Shadeg untuk memindahkan Seminari kecil dari Tangeb ke Tuka.
    Tepat pada hari Kristus Raja Semesta Alam, tanggal 28 Oktober 1956, Seminari itu berdiri di dusun Tuka. Pada tahun ajaran 1983-1984 Seminari Menengah Roh Kudus Tuka membuka tingkat SMA, dengan kegiatan belajar mengajarnya bergabung dengan siswa-siswi SMA Thomas Aquino Tangeb, karena itu setiap seminaris harus bersepeda menuju sekolah yang berjarak 3.5 km itu.
  4. Situasi Seminari kini (Visi dan Misi Seminari)
    Visi Seminari Menengah Roh Kudus Tuka: “Sebuah lembaga pembinaan dan pendidikan tempat berseminya benih panggilan menjadi imam yang berkualitas, berkepribadian dewasa, beriman kristiani yang tangguh, mempunyai intelektualitas yang memadai, berwawasan luas dalam berdialog dengan agama dan budaya setempat, memiliki semangat ketaatan pada pemimpin Gereja dalam semangat communion serta semangat merasul di tengah dunia demi berkembangnya Kerajaan Allah.” Misi Seminari Menengah Roh Kudus Tuka

    1. Menjadi tempat pembinaan dan pendidikan bagi calon Imam yang berkualitas.
    2. Menjadi tempat pembinaan bagi calon imam yang berkepribadian dewasa dan bertanggungjawab.
    3. Menjadi tempat pembinaan bagi calon imam yang tangguh dan ulet dalam pelayanan sesuai dengan kebutuhan umat.
    4. Menjadi tempat pembinaan bagi calon imam yang karya pastoralnya berorientasi pada budaya setempat sehingga Gereja lokal sungguh mengakar dalam masyarakat.
  5. Arah Pembinaan Seminari Menengah Roh Kudus Tuka
    Pembinaan merupakan proses pendampingan yang terus-menerus dan berkesinambungan terhadap seminaris, agar mereka dapat mewujudkan motivasi panggilannya dalam kehidupan sehari-hari. Arah pembinaan Seminari Tuka berbasis pada bidang kemanusiaan atau humanitas yang meliputi aspek kepribadian/personalitas, intelektualitas, kristianitas/keimanan, seksualitas, kerasulan dan misioner. Semua aspek bidang itu dikemas dalam sebuah silabus pembinaan yang integral di mana di dalamnya terdapat elemen pendidikan humaniora dan budaya yakni pengembangan kemanusiaan sesuai bakat, karunia, keterampilan dari para seminaris. Diharapkan dari pembinaan yang integral menyeluruh ini dapat dihasilkan seminaris yang siap melanjutkan panggilannya ke jenjang lebih tinggi. Profil siswa yang diharapkan adalah seminaris yang memiliki kepribadian dewasa, mempunyai motivasi yang sehat untuk menjadi imam yang beriman teguh, sehat jasmani dan rohani memiliki semangat kerasulan dan misioner.
  6. Status Seminari

    1. Milik keuskupan : ya
    2. Antar keuskupan : tidak
    3. Gabungan dengan tarekat : tidak
    4. Milik tarekat : tidak 


    Seminari Menengah Roh Kudus Tuka
    Banjar Tuka - Desa Dalung - Kecamatan Kuta Utara
    BALI - INDONESIA

    PO Box 18 SEMPIDI 80351 Denpasar - Bali

    Website: www.bali-seminary.org   E-mail: dmbenedict2001@yahoo.com 


Sumber: www.bali-seminary.org

    Kamis, 17 Maret 2011

    Seminari Menengah St. Vincentius a Paulo - Blitar

    Seminari Menengah St.Vincentius a Paulo, Garum, Blitar:
    Berkesadaran Global, dan Peka Terhadap Situasi Lokal.


        Seminari Menengah St. Vincentius  a  Paulo terletak di Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Seperti Seminari di Indonesia kebanyakan , letak Seminari ini jauh dari keramaian kota, sehingga proses pembinaan maupun belajar mengajar  dapat dilaksanakan dengan tenang, terfokus, dan menjadi prioritas utama. Sampai saat ini, jumlah Seminaris Garum masih di atas angka 100 per tahunnya,  dan peminat untuk masuk Seminari ini masih tergolong besar.

        Seminari Menengah yang berdiri kokoh di Jalan Merdeka Timur 4-6 Garum, Blitar, Jawa Timur ini adalah salah satu dari beberapa Seminari di Indonesia yang memakai model Sekolah Berasrama (Boarding School). Dari awal berdiri sampai saat ini, tercatat sekitar 1650 siswa baik dari lulusan SMP maupun SMA/SMK  pernah belajar dan merasakan pembinaan di Seminari Menengah ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 173 orang terpanggil untuk bekerja di ladang Tuhan atau ditahbiskan menjadi Imam (79 Imam CM, 74 Imam Diosesan, 7 Imam SVD, 4 Imam Carmel, 3 Imam OSC, 2 Imam SJ, serta 1 Imam CDD, OFM, SCJ,dan SX). Seminari Menengah dengan nama pelindung St. Vincentius a Paulo  yang sekaligus menjadi jantung Keuskupan Surabaya ini telah memasuki usianya yang ke-62 pada 29 Juni 2010 lalu. Di usia yang tergolong tua ini tentu terselubung kisah-kisah panjang yang tak terlupakan, tentang sejarah sampai dengan perkembangannya  di abad ke XXI ini.

    Sejarah Singkat
        SeminariMenengah pertama Keuskupan Surabaya didirikan oleh Mgr. Dr Michael Verhoeks , CM (29 juni 1948), bertempat di Paviliun Pastoran Paroki Kelahiran Santa Perawan Maria, Surabaya sebagai bentuk realisasi dari gagasan Mgr. Dr. De Backere, CM  yang menjabat sebagai Prefek Apostolik Keuskupan Surabaya saat itu.
        Sebelumnya, sudah ada calon-calon Seminaris yang berhimpun di Kediri sejak 26 Juni 1948 atas perjuangan  Rm. Ign. Dwijasoesastra, CM. Karena pada saat itu pendudukan tentara Belanda masih genting, maka 8 calon seminaris yang berhimpun di Kediri tersebut digiring ke Surabaya dengan menempuh jalur darat selama tiga hari.
        Pada tanggal 25 Pebruari 1950, Seminari Menengah Keuskupan Surabaya di pindahkan ke Jalan Dinoyo, 42 Surabaya (Sekarang Universitas Widya Mandala) berkat perjuangan Rm. Van Bakel, CM, dan pada saat itu yang menjadi rektor pertama kali adalah Rm. H. Van Megen, CM.
        Seiring berjalannya waktu, jumlah seminaris semakin banyak, sehingga rumah di Jalan Dinoyo, 42Surabaya tidak dapat menampung seminaris lagi. Melihat realita itu, Mgr. Drs.J.A.M. Klooster, CM yang menjabat sebagai uskup Surabaya waktu itu, menugaskan Rm. Van Driel,CM untuk mencari lahan baru demi menampung para calon Imam tersebut. Akhirnya , diperolehlah sebidang tanah yang luas di daerah Garum, Blitar. Maka, dibangunlah Seminari Menengah di situ.
        Pada tanggal 1 oktober 1958, para penghuni Seminari yang ada di Jalan Dinoyo, 42 Surabaya, serentak melakukan perpindahan ke Garum, Blitar untuk menempati Seminari baru mereka dengan nama Seminari Menengah St. Vincentius a Paulo.

    Mengapa St.Vincentius a Paulo?
     Pendirian Seminari sejak semula merupakan harapan para Misionaris yang berkarya di wilayah Vikarit Apostolik Surabaya, sebagai puncak segala karya misi. Maka, sebagai bentuk realisasi, didirikanlah Seminari Menengah Keuskupan Surabaya oleh para Imam  Congregatio Missionis (CM) yang sangat meneladani semangat St.Vincentius a Paulo, yaitu mengikuti Yesus Kristus, melaksanakan kehendak Allah untuk mewartakan kabar gembira kepada kaum miskin dengan mengikuti tuntunan penyelenggaraan Ilahi dan mempraktekkan keutamaan-keutamaan.
        Dengan demikian Seminari yang dirintis dan didirikan oleh para Imam CM ini menjadikan nama St.Vincentius a Paulo sebagai pelindungnya, dengan harapan para pembina dan para Seminaris juga meneladani semangat St. Vincentius, terutama dalam hal mengasihi, kerendahan hati, dan melayani kaum miskin.

    Status Kepemilikan
        Seminari Garum merupakan Seminari Diosesan tingkat menengah yang berada di bawah otoritas atau wewenang Uskup Surabaya. Dengan kata lain, Seminari ini milik Keuskupan Surabaya yang mempunyai tujuan untuk menyelenggarakan pembinaan bagi siswa lulusan SMP dan SMA / SMK, yang bersedia untuk terlibat dalam pelayanan rohani sebagai Imam di wilayah Keuskupan Surabaya dan Gereja Katolik pada umumnya. Karena Seminari Garum diselenggarakan oleh Keuskupan Surabaya dan didirikan untuk memenuhi tenaga Imam di Keuskupan, serta mengingat bahwa Seminari ini dirintis oleh para Imam Congregatio Missionis (CM), maka tujuan untuk memenuhi kebutuhan Imam-Imam Keuskupan dan Imam-Imam CM menjadi perhatian dan prioritas. Maka, sampai saat inipun, Staf Formator Seminari Garum diisi oleh Imam-Imam Diosesan Keuskupan Surabaya dan Imam-Imam Conggergasi Misi ( 3 Imam Dioses dan 2 Imam CM) sebagai bentuk rasa hormat atas perjuangan para pendiri serta perintis Seminari Menengah St. Vincentius a Paulo ini.

    Boarding School
        Sekolah berasrama (Boarding School) yang menjadi model pembinaan Seminari Garum mengakibatkan tata tertib, jadwal rutin, dan aneka fungsi hidup berasrama yang dijalani oleh para Seminaris terhubung secara utuh dan langsung dengan dinamika persekolahan formal dalam satu sistem pembinaan. Lembaga pendidikan Seminari Garum adalah SMA Katolik Seminari Garum yang berada di bawah naungan yayasan Yohanes Gabriel dan memiliki status terakreditasi A. Di sini, kurikulum yang digunakan adalah kurikulum SMA dan Pasca SMA (Kelas IV dan KPA). Sedangkan, untuk pembaharuan ataupun perubahan kurikulum dapat disesuaikan dengan lingkungan Pendidikan Nasional dan Pendidikan Calon Imam, seiring dengan munculnya tantangan-tantangan baru dalam Gereja dan Masyarakat di tingkat lokal, nasional maupun global.
       
    Di SMA Katolik Seminari Garum, para siswa mendapat tambahan bidang studi khusus, yaitu Bahasa Latin, Keseminarisan, Bahasa Jawa, dan Kitab Suci (Perjanjian Baru). Sedangkan untuk kelas IV dan KPA yang memakai kurikulum pasca SMA juga  mendapatkan mata pelajaran khusus, seperti Kesekretariatan , Pastoral Dasar dan Lapangan, Liturgi,  Logika, Humaniora, Katekese, Eksplorasi Pembelajaran, Dinamika Hidup Gereja, Homiletika, Community Building, Karya Tulis, Spiritualitas, Integrasi Kepribadian dan Kitab Suci (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru). Selain itu, proses belajar mengajar, kegiatan ekstrakurikuler, dan hidup harian diselenggarakan secara otonom di kompleks Seminari ini, sehingga memudahkan bagi para seminaris untuk lebih terkonsentrasi dalam menghidupi panggilan serta nilai-nilai hidup yang diberikan oleh pihak Seminari.
        SMA Katolik Seminari Garum menyediakan dua jurusan, yaitu IPA dan IPS yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana  yang berpotensi  mendukung proses belajar mengajar, seperti Lab IPA, Rumah Kompos, Lab Bahasa, Ruang Eksplorasi, Multimedia, Ruang Kesenian, dan juga Poliklinik. Khusus untuk jurusan IPS, biasanya mengadakan studi kemasyarakatan yang terselenggara dalam acara Live In.
        Seminari Garum menerima siswa lulusan SMP dan SMA/SMK. Untuk lulusan SMP, mereka langsung masuk ke jenjang SMA, yaitu kelas X. Sedangkan untuk lulusan SMA/SMK, mereka akan masuk ke dalam Kelas Persiapan Atas (KPA) dan dibina selama satu tahun untuk kemudian bisa melanjutkan di kelas IV. Di Seminari Garum terdapat empat tingkatan, untuk tingkatan I-III adalah setara SMA, namun untuk tingkat IV adalah masa pembinaan bagi Seminaris yang ingin melanjutkan ke jalan Imamat. Masa ini biasanya digunakan untuk persiapan memilih Ordo atau Tarekat serta masa pelatihan untuk terjun langsung ke dalam kehidupan umat dengan kegiatan khasnya, yaitu berpastoral ke sekolah dan stasi yang dilakukan selama dua hari (Sabtu-Minggu).
        Selain itu, yang menjadi perhatian dalam pembinaan di Seminari Garum adalah Hidup Panggilan, Kerasulan, Kepribadian, Intelektual, dan Kerohaniam . Kelima hal ini terangkum dalam 5 aspek pembinaan Seminari, sebagai penjabaran dari arah dasar pembinaan Seminari (Sanctitas, Sanitas, dan Scientia).

    Visi, Misi, dan Kekhasan
        Visi Seminari Garum adalah “Sekolah Calon Imam-Kader Gereja yang berkesadaran global dan peka terhadap situasi lokal”. Sedangkan misinya adalah   “Mewujudkan Seminari sebagai komunitas pembelajar dan pembinaan yang membentuk karakter dan kompetensi siswa, yang unggul dalam mutu pendidikan nilai, berbasis 26 nilai kunci dengan semangat visi Seminari”. Keduapuluh enam nilai kunci itu tersusun dalam ketiga dimensi pembinaan khas Seminari (Sanctitas, Sanitas, dan Scientia), yaitu Imitasio Christi, Hidup Doa, Kerendahan hati, Compassio (belarasa), Spiritualitas Vinsensius, Karakter, Ugahari, Aksi nyata, Kerja tim, Solidaritas, Pelayanan, Kritis(asah otak), Keberanian ilmiah, Eksploratif, Kontekstual, Visi hidup, Integritas, Komitmen, Discerment, Keheningan, Kesetiaan, Daya Tahan, Disiplin, Cekatan, Kepekaan masalah masyarakat sosial, dan Keteladanan.
        Visi dan misi ini merupakan pendorong, penyemangat, sekaligus petunjuk arah Seminari Garum. Fungsi ini dibutuhkan agar langkah-langkah Seminari dan pengembangannya berada dalam bingkai yang tepat, sesuai dengan panggilan gereja di tengah zaman yang terus bergerak dan memberikan tantangan bagi pertobatan dan pewartaan nilai-nilai injil.
        Selain boarding school, kekhasan Seminari Garum juga terlihat dari setiap kegiatan yang diselenggarakan demi menumbuhkembangkan Panggilan Seminaris. Kagiatan ini tersaji dalam kegiatan harian sampai tahunan, yaitu Sidang Akademi, MOS, SV Games, 17 Agustusan bersama anak-anak kampung, Bulan Kitab Suci Nasional, Bulan Bahasa, Kumpul Basis, Fancy Fair, Rekoleksi, Vincentiusan, Retret, Aksi Panggilan, Pentas Seni, Hari Orang Tua, Long March dan Camping, Upacara Tahbisan Diakon, Misa Perdana, dan Silaturahmi di hari Lebaran.
    Khusus dalam bidang kerohanian, di  Seminari Garum dibentuk persekutuan doa, seperti Taize, Sadhana, Doa Mantra, Doa Koronka, dan Legio Maria. Dengan demikian, Seminari Garum bukan hanya diharapkan menjadi komunitas pembelajar saja, melainkan juga komunitas pendoa yang justru menjadi sarana perjumpaan dengan Allah, layaknya perjumpaan seorang murid dengan Sang Gurunya.
    (Sumber: Buku Pedoman Seminari Menengah St.Vincentius a Paulo Keuskupan Surabaya)

    Kontak:

    SEMINARI MENENGAH ST. VINCENTIUS A PAULO
    KEUSKUPAN SURABAYA

    Jl. Merdeka Timur 4-6 Garum
    Blitar 66182
    PO BOX 106 Blitar 66101

    Telp. (0342) 561314
    Fax. (0342)  562201





    Oleh Valentinus Krisdianto Wiyono

    Senin, 14 Maret 2011

    Societas Verbi Divini (SVD)



    Karisma
    SVD, sejak awal berdirinya dikhususkan oleh St. Arnoldus Janssen untuk karya misioner di seluruh dunia, terutama di mana Kristus dan InjilNya belum dikenal. Sasaran misi pertama SVD adalah Cina. Dan kini SVD telah merentangkan sayapnya ke lima benua yaitu, Asia, Australia, Amerika, Afrika dan Eropa.

    Spiritualitas
    1. Spiritualitas Triniter: Kasih kepada Allah Tritunggal menjadi dasar hidup dan kekuatan bagi kerasulan SVD.Inilah inti sari dan kekuatan guna membantu semua orang dan anggotanya untuk memperoleh kepenuhan martabat manusia, yakni dalam mengambil bagian hidup Allah Tritunggal dalam hubungan mesra dan dengan semua manusia dan dengan Allah Tritunggal. Hal ini diwujudkan dengan semangat hidup berkomunitas, persaudaraan, dan internasionalitas. 
    2. Spiritualitas Misioner: Sebagaimana Bapa mengutus Putra dan Putra mengutus Roh Kudus, demikian juga SVD ingin mengambil bagian dalam tugas perutusan yaitu mewartakan Sabda Allah sebagai seorang misionaris.
    Bidang Karya SVD
    • Bidang KerasulanKitab Suci
    • Bidang pendidikan dan pembentukan komunitas religius misioner
    • Bidang penelitian dan pendidikan misiologis
    • Media komunikasi
    • Bidang Keadilan dan Perdamaian
    • Kerasulan Keluarga
    • Pendidikan formal dan informal



      Hubungi di...

      Seminari Tinggi SVD Surya Wacana
      Jl. Terusan Rajabasa 6
      Malang 65146, Jawa Timur
      Telp. (0341)563352

      Promotor Panggilan SVD
      Jl. Hasanudin 42
      Batu 65313, Jawa Timur
      Telp. (0341)591534

      Novisiat SVD Biara Roh Kudus
      Jl. Hasanudin 42
      Batu 65313, Jawa Timur
      Telp. (0341)591534

        Sabtu, 12 Maret 2011

        Serikat Misionaris Xaverian (SX)

        Serikat Misionaris Xaverian didirikan oleh Beato Guido Maria Conforti pada tahun 1885. Belaiu adalah imam projo, yang sempat emnjabat uskup di Ravena dan Parma, Italia, sampai wafatnya pada 5 November 1931.

        Beato Guido Maria Conforti lahir di Parma 30 Maret 1865. Cita-citanya mnejadi seorang misionaris muncul setelah membaca riawayat hidup Str. Fransiskus Xaverius, Sang Misionaris Agung saat berada di seminari menengah. Ia ingin berangkat ke aldang misi tapi rupanya Tuhan punya rencana lain, sehingga ia menjadi bapak para misionaris.

        Karisma Xaverian adalah memperkenalkan Kabar Gembira kepada orang-orang yang belum mengenalNya: ad gentes, ad extra, ad vitam. Para anggota xaverian mengikrarkan kaul Abdi Misi dan menyerahkan diri ekpada Bapa, yang membuat mereka turut serta dalam perutusan Kristus.

        Spiritualitas

        1. Kesatuan yang mesra dengan pribadi Kristus, Misionaris Bapa, menjadi pusat hidup, sumber dan inspirasi, cara berpikir, mengasihi dan bertindak bagi setiap anggota xaverian. Beato Conforti mengungkapkan ini dalam motto, IN OMNIBUS CHRISTUS. Kristus di dalam segala-galanya (Kol 3,11). Motto ini dipilih Mgr. Conforti untuk karya keuskupannya. Motto ini sekarang terukir pada makamnya sebagai warisan bagi para misionarisnya. 


        2. Hidup merasul

        dengan demikian
        para xaverian adalah biarawan yang mengucapkan kaul-kaul kebiaraan,
        tetapi bukan biarawan pertapa (kontemplatif) melainkan biarawan pekerja (aktif)
        yang membuka ladang-ladang baru bagi Kerajaan Allah.
        Spiritualitas tersebut terungkap dalam . . .

        semangat taat untuk selalu siap dan rela menunaikan tugas apa saja dan di mana saja.
        semangat kasih yang hangat bagi sesama anggota sekongregasi, bagai dalam keluarga
        semangat doa hingga tetap bersatu dengan Kristus sebagai sumber inspirasi, agar mampu mengubah tiap perkerjaan menjadi doa yang tak kunjung putus. dengan demikian pengudusan dicapai dalam karya kerasulan itu sendiri. semangat iman yang hidup untuk mencari, melihat dan mengasihi Allah dalam segala sesuatu dan emgobarkan hasrat untuk menyebarluaskan Kerajaan-Nya ke seluruh penjuru dunia. yang telah dihayati menurut nasehat-nasehat dalam Injil: taat, miskin, murni untuk mewartakan dan menghadirkan Kerajaan Allah bagi orang-orang yang belum mengenal Yesus Kristus, khususnya bagi mereka yang miskin, lemah dan tertindas atau menderita ketidakadilan (Luk 4: 18-19). 

        Motto 

        "Caritas Christi Urget Nos"
         Kasih Kristus yang Mendesak Kami
        (2 Kor 5:14)

        Dilengakpi dengan:

        "Fiet Unum Ovile et Unus Pastor"
        Agar mereka menjadi satu kawanan dan satu gembala
        (Yoh 10:16)
        Karya Xaverian

        • Asia
        • Afrika
        • Amerika Latin
        •   Eropa
        •  USA


        Hubungi di:

        Rumah Tunas Xaverian dan Animasi Misi dan Panggilan
        Jl. Pandega Asih I.B/8
        Yogayakarta 55283
        Telp. (0274) 883798

        Rumah Pra Novisiat dan Novisiat
        Jl UtamaI Pondok Karya

        Bintaro - Tangerang 15225
        Telp (021) 7375638

        Rumah Provinsialat SX
        Jl Situjuh No. 3
        Padang 25129, Sumatera Barat
        Telp. (0751)34207

        Society of Jesus (SJ)

        Seorang muda berusia 3 tahun terlentang di sebuah ruang di Puri Loyola, Spanyol. Kaki kanannya hancur terkena peluru. sebelum kejadian naas itu ia ingin menjadi seorang pahlawan. Ia seorang militer yang ahli olah senjata dan bersemangat untuk mengabdi kepada rajanya. Sambil berbaring dibacanya buku "Kehidupan Kristus" dan "Riwayat Para Kudus". Tetapi pikirannya masih menjadi medanm perang antara merebut hati seorang putri bangsawan dan berbuat seperti Fransiskus Asisi dan Dominikus. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengikuti jejak kedua santo itu, mengabdi Yesus Kristus, Raja Abadi.

        Itulah secuil kisah pertobatran St. Ignatius dari Loyola (1491-1556), yang bersama 9 kawannya, antara lain Fransiskus Xaverius, mendirikan tarekat yang kemudian disebut Serikat Yesus (Societas Iesu). 23 September 1540 Paus Paulus III mengesahkan berdirinya tarekat ini. Kawan-awan itu kemudian berpencar mengikuti panggilan Tuhan. Tahun 1556, ketika Ignatius wafat, sudah ada 1000 anggota; tahun 1580 ada 5000 anggota dan tahun 1615 ada 13000 anggota dari berbagai kerajaan. Seluruh dunia mereka serbu demi Raja Abadi mereka, yang mereka abdi dengan semboyan Ad Maiorem Dei Gloriam (Demi Kemuliaan Tuhan yang Lebih Besar).

        Karena fitnah dan hasutan Menlu Portugal, Sebas tio Jose de Carvalho, mulai 1759 mereka ditindas di berbagai negara. Dengan  surat Paus Klemens XIV Serikat Yesus dibubarkan. Namun Kekaisaran Rusia mempertahankan mereka agar terus berkarya sebagai Jesuit. Setelah Napoleon jatuh, 7 Agustus 1814, Pius VIII merestorasi Serikat Yesus. Kemudian SJ di seluruh dunia dihidupkan kembali.

        Bidang Karya
        • Pendidikan
        • Pastoral
        • Sosial
        • Komunikasi
        • Retret
        Tempat Berkarya
        •  Keuskupan Agung Semarang
        • Keuskupan Agung Jakarta
        • Keuskupan Agung Medan
        • Malang
        • Dilli 
        • Sorong 
        • Riau
        • Kamboja
        • Thailand
        • Jepang
        • Cina
        • Roma

        Hubungi:

        Novisiat Stanislaus, Girisonta
        Tromol Pos I, Klepu Semarang 50552
        Telp. (0298)522357
        gsonta@idola.net.id

        Provinsialat Serikat Yesus
        Jl. Argopuro 24, Semarang 50231
        Telp (024)8315004
        paloy@idola.net.id

        Rabu, 09 Maret 2011

        Ordo Karmel (O.Carm)

        Sekitar abad XII banyak sekali peziarah pergi ke Gunung Karmel untuk bertapa dan berdoa. Mereka tingal di dekat sumber Elia. Para petapa awali ini hendak mengikuti Kristus dalam semangat Nabi Elia dan teladan Bunda Maria. Seperti Elia, mereka ingin hidup di hadirat Allah dan bekerja segiat-giatnya bagi kemuliaanNya. Mereka juga menghormati Maria sebagai Saudari sekaligus Bunda.Sekitar tahun 1207, St. Albertus, Patriakh Yerusalem memberikan peraturan hidup bagi para Karmelit. Dengan regula itu, mereka menghayati semangat doa, persaudaraan serta kerasulan dan disebut sebagai Saudara-saudara St. Maria dari Gunung Karmel. Sejak kepindahannya ke Eropa, Ordo Karmel berkembang ke seluruh dunia.

        Spiritualitas

        Hidup Doa
        Hidup Karmelit bersumber pada doa sebgai kerinduan akan Allah. Para Karmelit terpanggil untuk hidup di hadirat Allah dan melihat segala sesuatu dengan mata Allah sendiri. Inilah yang biasanya disebut dengan sikap kontemplatif. Pengalaman akan doa mengubah hidup para Karmelit, sehingga mereka didorong untuk membagikan buahnya kepada sesama

        Persaudaraan
        Dari kelimpahan hidup doa ini para Karmelit menjalin dan mewujudkan hidup bersaudara dalam komunitas. Saling menerima dan memahami adalah kunci utama untuk membentuk persaudaraan.

        Kerasulan

        Para Karmelit tidak mau hidup dalam "menara gading", lepas dari saudaranya. Sebab itu akan menhentikan makna hidup doa dan persaudaraan. Para Karmelit hendak hidup di tengah-tengah umat. Mereka rindu memberikan kesaksian tentang kasih Allah yang tak terhingga. Para Karmelit hadir lewat karya pastoral di paroki, pelayanan doa, pembinaan hidup rohani, pelayanan retret, pendidikan, dan karya sosial karitatif.   

        Untuk Informasi Lebih Lanjut Hubungi:


        Sub-Komisi Panggilan Ordo Karmel Indonesia
        Jl. Terusan Rajabasa 4 Malang 65146
        Telp (0341)561409


        Biara Karmel Regina Apostolorum
        Jl. Hasanudin no. 13 Batu 65313
        Telp. (0341)591012
        novisiat_ocarm@yahoo.com

        Postulat Nabi Elia
        Jl. Batu Kapur 359 A, Kuta Gambir, Sumatera Utara
        Telp. (0627)424500

         

        Selasa, 08 Maret 2011

        Congregatio Discipulorum Domini (CDD)

        Pada tahun 1922, Celso Costantini diutus ke China oleh Paus Pius IX sebagai delegatus apostolik pertama untuk negeri China. Carut marut misi di China yang cenderung mengedepankan kepentingan politik dan mengabaikan pendidikan imam pribumi mendorong Celso Costantini untuk mendirikan sebuah kongregasi yang bergerak melalui budaya. Maka berdirilah Congregatio Discipulorum Domini atau Kongregasi Murid-Murid Tuhan (CDD). Kongregasi ini didirikan di Xuanhua, China Utara pada 31 Maret 1931.
        Perubahan politik di China pada tahun 1949 menyebabkan CDD yang semula adalah kongregasi lokal terpaksa harus merubah haluannya menjadi kongregasi yang memiliki misi ke luar. Maka para anggota CDD mulai mengadakan misi di luar negeri, seperti Filipina, Meksiko, Taiwan, Malaysia dan Indonesia.

        Spritualitas CDD
        1. Diutus mendahului Tuhan ke setiap kota dan tempat untuk mewartakan kabar gembira (Luk 10:1-20)
        2. Devosi kepada Sakramen Mahakudus
        3. Kesetiaan kepada Takhta Suci
        4. Keteladanan kepada Maria, Ratu Para Rasul
         Arti dan Lambang CDD
        1. Salib yang sudutnya sama besar melambangkan rahmat Tuhan
        2. Basilika St. Petrus melambangkan kesetiaan para anggota CDD kepada takhta suci
        3. Piala dan Hosti melambangkan devosi utama para anggota CDD kepada Sakramen Mahakudus yang menjadi sumber inspirasi dan sumber kekuatan para anggota CDD dalam berkarya
        4. Tiga Kuntum Teratai melambangkan agar anggota CDD tetap hidup suci di tengah dunia seperti kuntum teratai yang tetap indah meski tumbuh di lumpur
        5. Tiga tulisan mandarin di setiap sisi Salib: Zhu Tu Hui artinya Kongregasi Murid-Murid Tuhan dalam bahasa Mandarin
        Karya-Karya CDD Indonesia
        1. Pastoral Kategorial pelayanan umat Mandarin
        2. Kolese St. Yusup Malang dan Denpasar
        3. Yayasan Pendidikan Kalimantan
        4. Kesehatan
        5. Rumah Retret Sawiran, Rumah Khalwat Tegaljaya, Rumah Retret Costantini
        6. Karya Penerbitan Misi Internasional
        7. CU Sawiran
        8. Asrama St. Yusup
        9. Melayani masyarakat kecil/miskin
        10. Gua Maria Air Sanih - Bali
        CDD berkarya di Keuskupan Malang, Keuskupan Denpasar, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Pontianak.

        Alamat yang dapat dihubungi:
        Provinsialat dan Novisiat CDD Biara Fatima
        Jl. Panglima Sudirman 92 Telp. (0341) 592081
        Batu 65313

        Seminari Costantini (Skolastikat CDD)
        Jl. Simpang Borobudur no. 1 Telp. (0341) 491776
        Malang 65142

        Pastoran CDD 
        Jl. Juanda 200 Telp. (0561) 731426
        Pontianak 78118

        Pastoral Kategorial Mandarin 
        Jl. Dwi Warna no. 20 Telp. (021)6289192
        Jakarta

        Komunitas Rumah Khalwat Tegaljaya
        Jl Kubu Gunung no. 888, Po Box 3554 Denpasar 80000
        Telp (0361) 426545