Selasa, 14 Juni 2011

Ordo Hamba-Hamba Maria ( OSM )



Ordo Hamba-hamba Santa Perawan Maria didirikan oleh tujuh santo yang hidup pada abad ketigabelas. Mereka  berasal dari Florence, Italia. Mereka memiliki cinta mendalam kepada Bunda Maria, Bunda Allah. Mereka adalah anggota aktif suatu konfraternitas ( persaudaraan sejati) Santa Perawan Maria. Kisah bagaimana mereka menjadi pendiri Ordo Servite sungguh menakjubkan. Pada Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, sementara mereka bertujuh khusuk dalam doa, Bunda Maria menampakkan diri kepada mereka. Bunda Allah mengilhami mereka untuk meninggalkan dunia dan hidup hanya bagi Tuhan. Setelah beberapa tahun hidup sebagai pertapa, mereka menghadap uskup. Mereka mohon suatu peraturan hidup yang perlu mereka taati. Uskup mendorong mereka untuk berdoa dan memohon bimbingan Bunda Maria. Santa Perawan Maria kembali menampakkan diri kepada mereka dengan membawa sehelai jubah hitam. Di sampingnya tampak seorang malaikat membawa sebuah gulungan bertuliskan “Hamba-hamba Santa Perawan Maria”. Dalam penglihatan itu, Bunda Maria mengatakan bahwa ia telah memilih mereka menjadi hamba-hambanya. Ia meminta mereka untuk mengenakan jubah hitam. Inilah jubah yang mulai mereka kenakan pada tahun 1240. Mereka juga memulai suatu hidup religius seturut peraturan St Agustinus.

Orang-orang yang mengagumkan ini saling membantu dan menguatkan dalam mengasihi dan melayani Tuhan dengan terlebih baik. Enam dari antara mereka ditahbiskan menjadi imam. Mereka adalah Bonfilius, Amadeus, Hugo, Sostenes, Manettus dan Buonagiunta. Sedangkan yang terakhir, Alexis, tetap dalam statusnya sebagai seorang rohaniwan yang mengagumkan hingga akhir hayatnya. Dalam kerendahan hatinya, Alexis memilih untuk tidak ditahbiskan ke jenjang imamat. Banyak pemuda datang menggabungkan diri dengan para pendiri yang kudus ini. Mereka dikenal sebagai Hamba-hamba Santa Perawan Maria atau Servite. Ordo Servite mendapat persetujuan dari Vatican pada tahun 1259. Ketujuh pendirinya dimaklumkan sebagai santo oleh Paus Leo XIII pada tahun 1888.


Jumat, 10 Juni 2011

Seminari Menengah St. Paulus - Palembang

Sejarah Singkat
Keberadaan Seminari kita diawali oleh empat anak yang setelah lulus Sekolah Rakyat berkeinginan untuk menjadi imam, tepatnya pada tanggal 24 April 1947. Berhubung saat itu belum ada tempat khusus, maka mereka ini ditampung di Pastoran Hati Kudus Palembang, Sumatera Selatan. Mereka didampingi secara khusus oleh para Imam Hati Kudus Yesus (SCJ) dan para Frater dari Kongregasi Bunda Hati Kudus (BHK). Santo Paulus diambil sebagai nama pelindung untuk “cikal-bakal” Seminari ini.
Pada tahun yang sama, di Pringsewu - Lampung, Pastor J.O.H. Padmo Seputro, Pr., merealisir gagasan P. Wahyo Sudibyo, OFM, (Pastor di Metro, Lampung) untuk mendirikan sebuah Sekolah Menengah Katolik St. Joseph, tepatnya pada tanggal 2 Februari 1948. Di antara para siswa SMK inilah dicari, dikumpulkan dan didampingi beberapa anak (paling tidak tercatat ada 8 orang) yang berkeinginan untuk menjadi imam. Mereka tinggal dan hidup di asrama tersendiri, dan untuk kebutuhan harian dibantu para Suster Franciscanes Pringsewu. Karena alasan politik pada waktu itu, yakni bahwa mereka ingin tetap bergabung dan menjadi bagian dari para pejuang kemerdekaan pada waktu itu, maka pada tahun 1949 kelompok kecil ini bersama dengan pastor pembimbingnya pindah (mengungsi?) ke Padang Bulan, beberapa kilometer dari Pringsewu. Namun hal ini tidak berlangsung lama, karena pada tahun itu juga mereka bergabung dengan Seminari St. Paulus Palembang. Mereka diberangkatkan dengan pesawat terbang dari Lampung ke Jakarta, dan dari Jakarta ke Palembang dengan kapal laut.
Dengan penggabungan ini, maka  Seminari St. Paulus Palembang mengalami babak baru. Para pendidik Seminari saat itu antara lain P. Van der Sangen SCJ, P. G. Elling SCJ, P. Piet Middeldorp SCJ, Mr. Lap, dan Fr. Montfort BHK.
Oleh karena alasan politis, maka pada tahun 1950  Seminari St. Paulus dipindahkan ke Lahat, (Sumatera Selatan). Di sini peran para suster Carolus Borromeus sangat besar bagi kelangsungan hidup Seminari. Mereka mendukung dengan Sekolahan mereka, namun juga memenuhi kebutuhan hidup harian para seminaris dan stafnya.
Pada pagi hari, para seminaris bergabung dengan para siswa di sekolahan Suster, dan pada sore hari mendapat pelajaran khusus seminaris.
Pada tahun 1951, tepatnya bulan Agustus, setelah ujian akhir, para seminaris pindah lagi ke Palembang. Kali ini mereka tidak lagi menempati Pastoran Hati Kudus Palembang, namun di Frateran Bunda Hati Kudus, Palembang. Di tempat ini pun tidak lama, karena alasan tempat, mereka segera pindah ke kompleks Rumah Sakit Charitas Palembang berkat kebaikan Kongregasi para Suster Franciscanes Charitas (FCh.). Sementara itu telah diputuskan juga untuk membangun gedung Seminari St. Paulus di samping Sekolah Xaverius, Jl. Bangau.
Pada tanggal 15 Mei 1953 gedung Seminari St. Paulus diresmikan. Sebagai rektor adalah P. Van der Sangen SCJ, dan baru pada tanggal 24 Juni 1954 digantikan oleh P. Van Beek SCJ.
Pelaksanaan pendidikan Seminari banyak dibantu oleh Sekolah Xaverius, namun semua proses pendidikan dijalankan secara terpisah dari Sekolah Xaverius, yakni di dalam kompleks Seminari sendiri. Demikian juga untuk kebutuhan harian Seminari tidak lagi menggantungkan diri dari para Suster Charitas, namun diselenggarakan sendiri.

Visi dan Misi
VISI
St. Paulus
Bekerja sama dengan para orang tua, Gereja setempat dan seluruh umat, Seminari St. Paulus membantu para para alumninya yang dididik dan didampinginya berkembang secara seimbang dalam sanctitas (kesucian), sanitas (kesehatan), scientia (pengetahuan) serta socialitas, agar menjadi pribadi yang dewasa secara menusiawi dan kristiani sehingga mampu menjawab panggilan khusus ke arah imamat dan/atau hidup membiara dalam Gereja.
MISI
  • Mendidik dan mendampingi Seminaris agar berkembang secara seimbang dalam sanctitas, sanitas, scientia, serta socialitas, sehingga menjadi manusia dewasa manusiawi dan kristiani sesuai dengan usianya, semakin mampu menanggapi panggilan Tuhan dan mengambil keputusan hidup sesuai dengan panggilannya.
  • Mendampingi para seminaris agar mengerti dan terbuka terhadap budaya dan agama dalam konteks Indonesia.
  • Membantu Seminaris untuk semakin peka akan kebutuhan Gereja dalam konteks Indonesia, terutama untuk menjadi imam di daerah Sumatera bagian Selatan, yakni Keuskupan Agung Palembang, K. Tanjungkarang, K. Pangkalpinang, Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus (SCJ) dan Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus dan Maria (SSCC), Kongragasi Para Frater Bunda Hati Kudus (BHK), dan Kongregasi Para Bruder Caritas (FC). Dengan pertimbangan yang khusus, tetap tidak ditutup kemungkinan untuk memilih menjadi imam diocesan dan Kongregasi lain.
Hubungi..

Seminari Menengah St. Paulus
Jl. Bangau 60
Palembang 30113
Telp. 0711 - 351948

Jumat, 03 Juni 2011

Ordo Fratrum Minorum (OFM)

Sekilas Mengenai Pendiri
Fransiskus dilahirkan di kota Assisi, Italia pada tahun 1181. Ayahnya bernama Pietro Bernardone, seorang pedagang kain yang kaya raya, dan ibunya bernama Donna Pica. Di masa mudanya, Fransiskus lebih suka bersenang-senang dan menghambur-hamburkan harta ayahnya daripada belajar. Ketika usianya 20 tahun, Fransiskus ikut maju berperang melawan Perugia. Ia tertangkap dan disekap selama satu tahun hingga jatuh sakit. Pada masa itulah ia mendekatkan diri kepada Tuhan. Setelah Fransiskus dibebaskan, ia mendapat suatu mimpi yang aneh. Dalam mimpinya, ia mendengar suara yang berkata, "layanilah majikan dan bukannya pelayan."
Setelah itu Fransiskus memutuskan untuk hidup miskin. Ia pergi ke Roma dan menukarkan bajunya yang mahal dengan seorang pengemis, setelah itu seharian ia mengemis. Semua hasilnya dimasukkan Fransiskus ke dalam kotak persembahan untuk orang-orang miskin di Kubur Para Rasul. Ia pulang tanpa uang sama sekali di sakunya. Suatu hari, ketika sedang berdoa di Gereja St. Damiano, Fransiskus mendengar suara Tuhan, "Fransiskus, perbaikilah Gereja-Ku yang hampir roboh". Jadi, Fransiskus pergi untuk melaksanakan perintah Tuhan. Ia menjual setumpuk kain ayahnya yang mahal untuk membeli bahan-bahan guna membangun gereja yang telah tua itu.
Pak Bernardone marah sekali! Fransiskus dikurungnya di dalam kamar. Fransiskus, dengan bantuan ibunya, berhasil melarikan diri dan pergi kepada Uskup Guido, yaitu Uskup kota Assisi. Pak Bernardone segera menyusulnya. Ia mengancam jika Fransiskus tidak mau pulang bersamanya, ia tidak akan mengakui Fransiskus sebagai anaknya dan dengan demikian tidak akan memberikan warisan barang sepeser pun kepada Fransiskus. Mendengar itu, Fransiskus malahan melepaskan baju yang menempel di tubuhnya dan mengembalikannya kepada ayahnya.
Kelak, setelah menjadi seorang biarawan, Fransiskus baru menyadari bahwa yang dimaksudkan Tuhan dengan membangun Gereja-Nya ialah membangun semangat ke-Kristenan.
Pada tanggal 3 Oktober 1226, dalam usianya yang ke empatpuluh lima tahun Fransiskus meninggal dengan stigmata (Luka-luka Kristus) di tubuhnya.
Tidak ada seorang pun dari pengikutnya yang menyerah dan mengundurkan diri setelah kematian Fransiskus, tetapi mereka semua melanjutkan karya cinta kasihnya dengan semangat kerendahan hati dan meneruskan kerinduannya untuk memanggil semua orang menjadi pengikut Kristus yang sejati.
Semasa hidupnya, ia juga mendirikan sebuah ordo yang ia beri nama Ordo Fratrum Minorum (OFM).
Santo Fransiskus adalah santo pelindung binatang dan anak-anak. Pestanya dirayakan setiap tanggal 4 Oktober.
OFM Indonesia
“Pergilah dan wartakanlah bahwa kerajaan Allah sudah dekat”. Sabda Yesus inilah yang mendorong Fransiskus Asisi untuk pergi kemana-mana mewartakan kabar gembira. Bagi Fransiskus, biaranya adalah seluruh dunia. Semangat ini diteruskan oleh para saudara Dina; memenuhi seluruh bumi dengan Injil Yesus Kristus termasuk di bumi nusantara Indonesia.
Sejak abad ke-13, para misionaris Fransiskan sudah singgah di Sumatera, Jawa dan Kalimanatan dalam perjalanan ke tanah misi di Tiongkok. Para Fransiskan baru mulai menetap sebagai misionaris di wilayah nusantara pada abad ke 16 dan 17 khususnya di Blambangan, Ternate, Makasar, Minahasa, Sangihe, Timor dan Aceh. 

Para Fransiskan kembali lagi menjejakkan kaki di Bumi Nusantara pada 21 Desember 1929. Atas permintaan P.J. Willekens SJ (Vikaris Apostolik Jakarta/Batavia waktu itu), lima Fransiskan dari Provinsi Belanda tiba di Tanjung Priok. Mereka adalah Azarius de Kok OFM, Paschalis Heitkonig OFM, Michael Lunter OFM, Victorius Beekman OFM, Floribertus Schneider OFM.
Pada mulanya, kelima misionaris awal Fransiskan itu diberi wewenang untuk berkarya di wilayah Jakarta (Batavia) dan sekitarnya seperti di Paroki Kramat dan Meester-Cornelius (St. Yosep- Matraman, sekarang ini), stasi-stasi Tangerang dan Kampung Sawah, Rangkasbitung dan Serang di Banten. Di Jakarta, para Fransiskan ini juga dipercayai untuk menangani Panti Asuhan Vincentius.
Dari Jakarta, Para Saudara Dina bergerak ke Jawa Barat, berkarya di tengah-tengah umat Muslim. Kemudian, para Saudara Dina juga melebarkan misinya ke Yogyakarta, Flores dan Papua. Saat ini, Fransiskan Provinsi St. Mikael Malaikat Agung Indonesia berkarya di 8 keuskupan yaitu K.A. Jakarta, K.A. Semarang, K.A. Ende, K. Bogor, K. Ruteng, K. Atambua serta K. Baucau dan K. Dili di Timor Leste (keuskupan-keuskupan di Papua ditangani oleh OFM Kustodi Fransiskus Duta Damai).


Karya-karya OFM Indonesia
  1. JPIC (Justice, Peace, and Integration of Creation) atau Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan menjadi rangkuman dari Spiritualitas Fransiskan. Sebagai sebuah rangkuman spiritualitas maka semangat ini juga perlu diungkapkan. Supaya spiritualitas ini menjadi gerakan, dibentuklah lembaga JPIC-OFM Indonesia. JPIC-OFM Indonesia berusaha mengupayakan supaya cara hidup dan karya yang menjawab tantangan zaman, kepedulian dan pembelaan bagi yang miskin dan tertindas. Kegiatan-kegiatan JPIC-OFM Indonesia meliputi 5 bidang yaitu bidang Animasi, Litbang, Sosial Karitatif, Ekologi dan Advokasi.
  2. Sosial Karikatif (Panti Asuhan, Rumah Sakit, Rumah Singgah  bagi orang miskin dan Pastoral Rumah Sakit)
  3. Pendidikan (STF Driyakara-Jakarta, Yayasan Fransiskus, Yayasan Santo Fransiskus, Ndoso-Flores, Sekolah St. Fransiskus – Fatuberliu, Timor Leste)
  4. Karya Parokial
Hubungi:

Provinsialat
Jl. Kramat V/10,
Jakarta Pusat, INDONESIA
Telp. 021-3909941
Fax. +62-21-3101940
Email:
framinor@cbn.net.id


Novisiat Transitus
Jl. Kamboja 22, Depok, Jawa Barat
(021) 7773467



Biara St. Bonaventura
Jl. Legi 142 Papringan, Yogyakarta
(0274) 566021



Biara St. Yosep
Pagal, Manggarai, NTT 86508
(0385) 21872 (Biara Karot)



Biara St. Fransiskus Asisi
Tenubot/Kp. Kuneru
Kel. Manumutin RT 007 / RW 002
Atambua NTT 85712



Fundasi St. Antonius dari Lisboa
Camara Eclesiastica, nr 50
Avenida dos Direitos Humanos
Caixa Postal 100, Bidau Lecidere
Dili, Timor Leste