Rabu, 25 Mei 2011

Kongregasi Misionaris Claris (MC)

Madre Maria Ines
Sejarah Kongregasi dan Perjalanan Ibu Pendiri
Madre Maria Ines Teresa Arias Espinosa lahir di Ixtland del Rio, Nayarit, Mexico pada tanggal 7 Juli 1904 sebagai anak ke lima dari delapan bersaudara.
Selama perayaan kongres Ekaristi Nasional bulan Oktober 1924 dia begitu tersentuh oleh rahmat illahi, sehingga mengambil keputusan yang mantap untuk menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dalam hidup membiara. Pada hari raya Kristus Raja tahun 1926 ia membaktikan diri kepada cinta Mahabelaskasih sebagai "kurban bakaran" .
Setelah mengatasi berbagai kesulitan, akhirnya tanggal 5 Juni 1929 ia mewujudkan cita-citanya masuk biara kontemplatif Santa Clara (Claris) di Los Angles, California, tempat para suster mengungsi karena pengejaran terhadap Gereja di Mexico. Pada tahun 1945 dengan persetujuan para pimpinan biaranya dan ijin pemimpin Gerejawi ia mendirikan Kongregasi Misionaris Claris dari Sakramen Mahakudus di Cuernavaca, Mexico. Karya ini berkembang dengan cepat, sehingga pada tanggal 22 Juni 1951 mendapat pengesahan kepausan dari Tahta Suci dan Madre Ines diangkat sebagai Pemimpin Umum yang pertama.
Panggilan hidup doanya, cintanya kepada jiwa-jiwa dan kepada salib melebur dalam dirinya menjadi kepasrahan sepenuhnya terhadap kehendak Allah.Sumber doa baginya adalah Sabda Allah yang dibaca dalam Kitab Suci, direnungkan dalam hatinya dan dibaca kembali serta dihayati dalam persekutuan dengan Gereja.

Ekaristi dan Maria adalah pusat kehidupannya
Di hadapan Tabernakel dan dalam kemesraan sebagai putri Maria, Madre Ines menyelaraskan semua percobaan dan penderitaannya dengan kepentingan-kepentingan Yesus: "Engkau memperhatikan kepentingan-kepentinganKu dan Aku akan memperhatikan kepentingan-kepentinganMu".
Ia mengambil motto Rasul Paulus: "Oportet Illum Regnare" (Dia Harus Meraja), dan karenanya hidup Madre Ines terdorong oleh kedahagaan misioner demi keselamatan jiwa-jiwa. Ia menjelajah beberapa benua dan mendirikan misi-misi di Mexico, Jepang, Indonesia, Costa Rica, Sierra Lione, Nigeria, Amerika Serikat, India,  Spanyol, Irlandia, Korea, Rusia, Argentina, Italia. Madre Ines juga mendirikan sekelompok imam yang disebut "Misionaris Kristus untuk Gereja Universal", dan gerakan/kelompok awam yang bernama "Van Clar".
Tanggal 9 Desember 1980 Madre Ines diterima dalam audiensi pribadi oleh Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II, berkenan dengan ulang tahun ke 50 dalam pembaktian membiaranya. Penuh kepercayaan kepada Sri Paus ia membaharui kaul-kaulnya dan menyerahkan segenap anggota keluarga misionernya. Secara spontan Sri Paus berkata, "Betapa setianya! Betapa setianya".
Hamba Allah Madre Maria Ines meninggal dunia pada tanggal 22 Juli 1981 dengan ketenangan, kesederhanaan dan kepasrahan dalam tangan Allah Bapa dalam satu tindakan cinta sempurna, seperti yang telah dihayati semasa hidupnya. Kehidupan dan kematian Madre Ines bagaikan madah pujian, yang bergema di dunia dan memulai madah abadi dalam kontemplasi Allah yang Mahakudus.
Sekarang ini Suster Madre Ines dalam proses beatifikasi, Madre Maria Ines Teresa Arias, MC menerima dari Gereja gelar Hamba Allah dan gelar Venerable (yang pantas dihormati) pada tanggal 3 April 2009.Semoga segala proses beatifikasi dapat berjalan dengan baik.


Bergabunglah bersama kami untuk melayani sesama dalam karya :
    St. Clara
  • Pastoral - Katekase
  • Sosial
  • Pendidikan
  • Kesehatan
Misionaris Claris berkarya di berbagai negara :
  • Roma  - pusat kongregasi MC
  • Amerika - Mexico, Costa Rica, Amerika Serikat, Argentina
  • Eropa - Spanyol, Irlandia, Italia, Rusia
  • Asia - Jepang, Indonesia, Korea Selatan, India
  • Afrika - Nigeria,  Sierra Leone

Semangat Kongregasi Misionaris Claris :
  1. Misioner
  2. Ekaristi
  3. Imami
  4. Marian
Spiritualitas Kongregasi Misionaris Claris :
  1. Kegembiraan
  2. Kesederhanaan
  3. Kepercayaan
Logo


Makna gambar :
  • Salib Misioner : Berusaha melaksanakan rencana Bapa, untuk menyelamatkan semua orang. Bersedia ditugaskan di mana saja.
  • Daun Palem Ekaristik : Jalinan persatuan dengan Sang Maha Suci dalam sembah sujud pada Sakramen Mahakudus. Santapan rohani yang menguatkan.
  • Lentera Imami : Mempersembahkan hidupnya sebagai kurban silih untuk keselamatan jiwa-jiwa.
  • Kecapi Kegembiraan : Hati bagai kecapi yang melambungkan lagu-lagu merdu dari kesediaan hati yang penuh cinta dalam pengabdian kepada Tuhan dan sesama
  • Bunga dan Bintang Marian : Meneladani hidup Maria dalam kesetiaannya kepada Yesus.
  • Oportet Illum Regnare: Dia harus Meraja

Hubungi....

Rumah Regional
Jl. Ngagel Madya no. 1
Surabaya - 60284
Telp. 031-5023827
Fax 031-5040851

Novisiat 
Jl. Mundu no. 27 Madiun - 63131
Telp 0351-452038
Fax 0351-483823

Misionaris Claris
Jl. Biliton no. 10
Madiun - 63122
Telp 0351-494524
Fax 0351-455780

Misionaris Claris
Jl. Duren Sawit Baru Blok A 10 no. 10
Jakarta Timur
Telp. 021-8618071
Fax. 021-8618027

"Que Todos Te Conoscan Y Te Amen, Es La Unica Recompensa Que Quiero" - "Tuhan, semoga semua orang mengenal dan mencintaiMu inilah balasan satu-satunya yang kuinginkan"

Selasa, 24 Mei 2011

Ordo Carmelitarum Discalceatorum (OCD)

Para suster OCD hidup dan tinggal di dalam biara kontemplatif.
Karya kerasulan yang utama adalah mendoakan kepentingan Gereja kudus Allah dan seluruh umat manusia.

Sejarah
Ordo Carmelitarum Discalceatorum (OCD)
Pada tanggal 24 Agustus 1562 St.Teresa Avila memugari Ordo Karmel dan membentuk kelompok kecil dengan nama: Ordo Karmel tak Berkasut.
St. Teresa dari Avilla
Pemugaran dilakukan oleh St.Teresa Avila karena adanya:
1. Perpecahan dalam Gereja yang disebabkan oleh para pengikut Luther (Profanisasi
    Ekaristi Kudus)
2. St.Teresa Avila terdorong untuk menghayati yang lebih sungguh-sungguh dalam menghayati hidup bakti
3. Sungguh-sungguh menghayati nasehat Injil dan hidup dalam klausura yang lebih ketat, dalam komunitas yang lebih kecil.

    menghayati hidup bakti dalam komunitas yang lebih kecil jumlahnya
Dalam perkembangannya Komunitas OCD untuk pria berdiri pada tahun 1580. Sampai pada saat ini biara OCD telah mempersembahkan 20 orang kudus dan 3 pujangga/Doktor Gereja, yaitu:
Yohanes dari Salib, Teresa dari Avilla, dan Theresia dari Lisieux.

Ordo Carmelitarum Discalceatorum (OCD) di Indonesia.
Kedatangan OCD di Indonesia bermula pada tahun 1635. Rm Dionisius OCD dengan Br.Redemptus  OCD

mendarat di Aceh, namun mereka terbunuh. Akibatnya misi OCD di Indonesia terhenti.
Pada tahun 1939, berganti para suster OCD yang datang ke Indonesia melalui negeri Belanda dan membangun Biara suster OCD di Lembang, Bandung.
Pada masa pendudukan Jepang pada tahun 1942, para suster OCD dari Belanda di tawan , dan biara mereka diduduki oleh Polisi. Setelah Indonesia merdeka mereka dibebaskan.
Sementara menanti kejelasan untuk kembali ke Lembang, Bapa Uskup Ende, Mgr. Hubertus Antonius Thijssen SVD, meminta kepada para suster OCD untuk membuka biara di Ende. Maka pada tahun 1953, berlayarlah para suster OCD menuju Ende, Flores. Para suster memilih kota dingin Bajawa menjadi tempat tinggal.
Pada tahun 1960 biara OCD di Lembang kembali di buka. Pada tahun 1994 atas permintaan Uskup Dilli, Timor Leste, suster-suster OCD membuka komunitas di Hera, Dilli.
Sesuai dengan peraturan yang menyatakan, bahwa komunitas suster OCD tidak boleh memiliki anggota lebih dari 21 orang, maka pada tahun 2003 diputuskan melakukan pemekaran dari beberapa keuskupan yang menjadi pilihan. Para suster OCD terdorong untuk memilih Keuskupan Surabaya sebagai tempat karya kerasulan suster-suster OCD berikutnya.

Hubungi..
Biara Karmel OCD
Jl.Kusuma Karmel, Claket-Pacet
Mojokerto 61376
Telp/fax: 0321-691 692

Sabtu, 21 Mei 2011

Suster-Suster Cintakasih St. Carolus Borromeus (CB)

Sejarah

Ibu Pendiri - Elisabeth Gruyters
Catatan-catatan yang ditinggalkan oleh Pendiri merupakan sumber penting untuk menelusuri sejarah Kongregasi CB. Pendiri menulis semua kenangannya dalam sebuah kitab biasa yang halaman-halaman awal sudah penuh dengan berbagai catatan lain. Tulisan asli ini sekarang disimpan dalam arsip kongregasi.
Dalam mendirikan kongregasi ini, Elisabeth Gruyters didampingi oleh P. A. van Baer yang pada tahun 1836 daingkat menjadi pastor-deken gereja St. Servatius. P. Van Baer menerima Elisabeth Gruyters sebagai Suster Cintakasih St. Vincentius a Paulo. Dari catatan sejarah. Dari catatan sejarah, ternyata Roma keberatan terhadap penamaan ini. Elisabeth dan P. Van Baer dihadapkan pada pilihan: menggabungkan diri dengan kongregasi yang didirikan oleh St. Vincentius a Paulo atau menerima St. Carolus Borromeus sebagai pelindung, dan ternyata mereka memilih pilihan terakhir, yaitu memilih St. Carolus Borromeus menjadi pelindung mereka. Namun, nama St. Vincedntius a Paulo tidak dihapus. Bagi kongregasi St. Vincnetius a Paulo merupakan pelindung kedua.



Visi Misi

St. Carolus Borromeus
 Kharisma
Cinta tanpa syarat dan bela rasa dari Yesus Kristus yang tersalib
Visi
Yang miskin, yang tersisihdan yang menderita diselamatkan dandan dibebaskan dalam Kerajaan Allah
Misi
Sadar akan persembahan hidup kita kepada Tuhan melalui hidup berkaul sesuai konstitusi kami, dengan diilhami Roh Kudus dan dijiwai oleh kharisma Bunda Elisabeth, serta dalam kesetiaan kepada Gereja Universal, kami Suster-Suster Cintakasih St. Carolus Borromeus berserah diri untuk:
  1. Mengembangkan relasi yang mendalam dengan Kristus dalam sikap hidup kontemplatif dan terus-menerus berdiskresi.
  2. Memberikan kesaksian hidup sebagai "Hamba Yahwe"
  3. Mewujudkan pelayanan bagi keutuhan manusia agar semakin sesuai dengan citra Allah sebagai tanda kehadiran KerajaanNya dan menghadapi tantangan zaman dalam kegembiraan dan kesederhanaan, dengan keberpihakan kepada mereka yang menderita karena ketidakadilan. identitas kami sebagai suster CB berlandaskan kuat pada pribadi Yesus, Sang Kristus.

Logo
 
Logo CB




Hubungi....
Provinsialat CB
Jl. Kolombo 19A, Yogyakarta 55223
Kotak Pos 27/YKBS
Telp. 0274-514024  Fax. 0274-515709
Email: dppcb@indosat.net.id

Postulat St. Carolus
Jl. Affandi CT X/26 Santren
Yogyakarta 55281
Telp: 0274-518837
email: postcbmrican@yahoo.com


Novisiat St. Carolus
Jl. Affandi CT X/26 Santren
Yogyakarta 55281
Telp: 0274-518837

Minggu, 08 Mei 2011

Ordo Santa Ursula (OSU)

 Sejarah Singkat
Kompani Santa Ursula didirikan tahun 1535 di Brescia, Italia, oleh Angela Merici. Pada akhir abad ke-16 menyebar ke Perancis. Kompani dalam bentuk aslinya, kelompok perawan dibaktikan yang tinggal di rumah masing-masing dengan pimpinan terpusat, tetap ada tanpa perubahan mendasar.Lambat laun ada Ursulin yang mulai hidup berkomunitas. Karena keadaan zaman dan khususnya karena dekrit Konsili Trente mereka menjadi biara dengan klausura. Biara-biara otonom mulai berkembang, kelompok biara yang membawa nama biara induk seperti Paris, Bordeaux, Toulouse, Lyon. Walaupun dalam klausura, putri-putri Angela itu dengan setia melanjutkan karya pendidikan yang berangsur-angsur mereka jalani sebagai jawaban atas kebutuhan zaman. Dalam bentuk itulah mereka tersebar ke seluruh dunia.
Pada akhir abad ke-19 ada sekitar 300 biara tersebar di semua benua. Mereka otonom, tergantung pada uskup diosis setempat.
Tahun 1870 Pemerintah Italia mulai menyita harta milik Gereja. Para Ursulin Roma terancam kehilangan biara mereka di Via Vittoria. Biara Blois memberi bantuan. Kemudian Biara Calvi dell'Umbra minta tolong, dan Blois memberi bantuan lagi.
Tahta Suci merestui permohonan mereka untuk membentuk uni kanonik Blois-Roma-Calvi. Masing-masing komunitas mempunyai pemimpin sendiri dan Ibu Marie St. Julien Aubry dari Blois dipilih menjadi Pemimpin Umum.
Paus Leo XIII (1810-1903) sangat gencar mempromosikan persatuan. Ia menyampaikan keinginannya kepada para Ursulin di seluruh dunia agar mereka bersatu di bawah seorang pemimpin umum yang tinggal di Roma. Para Ursulin dan para Uskup dimintai pendapat mereka tentang pokok itu.
Tanggal 18 Agustus 1900 Ibu Marie St. Julien menulis surat undangan kepada para pemimpin biara yang ingin membentuk uni. Sebagai jawaban, utusan dari 71 biara hadir dalam pertemuan yang dibuka tanggal 15 Nopember 1900 di Roma. 62 dari 71 biara menyatakan ingin membentuk uni. Tanggal 28 Nopember 1900 Paus Leo XIII memberi izin tertulis untuk pembentukan uni ke-62 biara itu.




Kerasulan
Kerasulan Ursulin beragam dan mengalami perubahan dalam kurun waktu sesuai dengan kebutuhan. Banyak Ursulin bekerja di sekolah, baik sekolah Ursulin atau bukan. Pendidikan diartikan secara luas, jadi tidak dibatasi pada pengajaran di sekolah. Pendidikan Ursulin menyiapkan orang untuk hidup, bukan hanya untuk karya. Kerasulan Ursulin diilhami oleh semangat Santa Angela yang ditimba dari tulisan-tulisannya. S. Angela sangat mementingkan harkat manusia. Jadi karya apa pun yang ditangani Ursulin, mereka akan selalu mengutamakan pendidikan yang mengembangkan potensi manusia. 
Akhir-akhir ini banyak karya sosial, pastoral dan kesehatan dipercayakan kepada Ursulin, baik di lembaga-lembaga Ursulin atau lain, dalam kerjasama dengan kongregasi lain, paroki, keuskupan, pemerintah atau swasta. Tentu saja pembinaan iman, retret dan rekoleksi, katekese dan pengembangan spiritualitas merupakan bagian yang penting dalam usaha Ursulin untuk membangun Kerajaan Allah.
Bergabung dengan Uni Roma memungkinkan Ursulin membuka dirinya lebar-lebar ke seluruh dunia. Dalam era globalisasi ini kehadiran misionaris Ursulin Indonesia juga diharapkan di negara-negara lain. Dalam situasi apa pun ia mendapat kekuatan dari kata-kata Bunda Angela yang meneguhkan.

 Hubungi
Provinsialat / Novisiat / Postulat
Jalan Supratman No 1
Kotak Pos 1840
Bandung 40018
Tel : +62 [22] 7207332
Email : info[at]ursulin[dot]or[dot]id
 

Minggu, 01 Mei 2011

Congregatio Fratres Immaculatae Conceptionis Beatae Mariae Virginis (FIC)

SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KONGREGASI FIC


Di kota Maastricht, tempat lahir Ludovicus Rutten, anak-anak telantarkan. Mereka berkeliaran di jalan-jalan, berbuat apa saja menurut kehendaknya dan tidak seorang pun berkata sesuatu. Mereka juga kekurangan makanan dan pakaian. Pergaulan mereka dengan yang sudah agak besar menimbulkan kelakuan-kelakuan yang tidak baik. Mereka tanpa pengasuh, tanpa pembimbing, dan tidak mendapat perhatian yang cukup dari orang tua mereka. Keadaan demikian menjadi perhatian Rutten.
Rutten terpanggil untuk berkarya di antara anak-anak dan kaum muda itu dengan memberikan kepada mereka yang paling mereka butuhkan.
Lahirnya Kongregasi FIC
Rutten menghadap pastor Zwijsen di Tilburg membicarakan rencananya.
"Dalam pembicaran dengan pastor, kami merencanakan untuk jika mungkin, mendirikan suatu kongregasi bruder, agar karya kami dapat dilanjutkan. Saya menyatakan keinginan saya agar paduka pastor akan mulai, lalu agar saya mendapat bruder-bruder dari paduka. Tetapi ia menolak dan mengatakan bahwa hal itu perkara saya. Malam itu saya tidak dapat tidur. Keesokan harinya saya mengatakan kepadanya, bahwa dengan kepercayaan kepada pertolongan Ilahi, dan di bawah perlindungan Bunda Maria, saya bersedia untuk mulai, asal paduka sanggup mencari dua orang calon untuk saya. Hal itu dijanjikan kepada saya. Maka rencana sudah ada."
Calon pertama ialah Frans Donkers yang dititipkan di postulat para Bruder Karitas. Namun calon ini tidak panjang umurnya. Frans Donkers meninggal sewaktu masih di postulat.
Yang berikut ialah Hoecken dari Tilburg. Hoecken juga mengikuti postulatnya para Bruder Karitas di St. Truiden. Setelah 9 bulan menjalani postulatnya, Hoecken dipanggil kembali ke Maastricht untuk mulai dengan 'Proyek yang besar'.
Pada tanggal 1 Oktober 1867, Rutten memikirkan kembali karya yang telah dimulainya dan berkembang, kemudian berkata sebagai berikut:
"Waktu saya mendirikan lembaga-lembaga tersebut, saya melihat Penyelenggaraan Ilahi, dan saya sungguh tidak mencari kemegahan saya sendiri. Saya yakin bahwa manusia sendiri sama sekali tidak berarti , dan bahwa segala hormat dan kemuliaan harus disampaikan kepada Allah. Saya yakin bahwa segala perbuatan baik yang barangkali saya lakukan, semata-mata merupakan karya penyenggaraan Ilahi, di bawah perlindungan Santa Perawan Maria yang dikandung tak bernoda. Saya yakin, dan akan tetap yakin sampai kematian saya, bahwa Maria-lah yang menolong saya dalam segala karya saya."
Catatan:
Rutten selain mendirikan sekolah-sekolah dan kemudian kongregasi FIC, masih mendirikan tempat-tempat untuk menampung orang-orang sakit, ibu-ibu tidak bersuami, dan karya-karya sosial yang lain, yang kemudian diserahkan kepada Perkumpulan Santo Vincentius a Paolo.

Perkembangan Kongregasi FIC
Dengan penuh kepercayaan akan Penyelenggaraan Ilahi serta perlindungan Santa Perawan Maria, para Bruder melakukan tugas serta dengan tertib melaksanakan konstitusi.
Pagi-pagi benar para bruder FIC bangun untuk memuji Tuhan. Kemudian ke tempat tugas masing-masing. Sore hari mereka bekerja sebagai tukang batu misalnya, studi yang dibebankan atau mengasuh anak-anak di asrama, dan sebagainya. Hari ditutup dengan memuji Tuhan.
Hidup serta karya mereka diberkati Tuhan. Setiap tahun ada beberapa pemuda yang menggabungkan diri kepada kongregasi FIC. Anggota bertambah, permohonan tenaga Bruder berdatangan dari berbagai keuskupan. Sekolah baru dibuka dan dan rumah baru didirikan.
Dan, menjadi kongregasi internasional - hadir, hidup dan melayani Allah dan sesama di empat benua:
Eropa Nederland (1840 ), Asia Indonesia (1920), Amerika Chile (1953), Afrika Malawi dan Ghana (1960) dan (1965).

BRUDER FIC DI INDONESIA

Jarang sekali ada surat edaran dari pusat yang meluapkan kegembiraan yang begitu besar: Kepada para Bruder, secara sukarela, ingin dikirim sebagai utusan ke Indonesia, diberi kesempatan untuk mendaftarkan diri sejak tanggal 20 januari sampai dengan sebelum 1 Maret 1920. Sambutan tidak tanggung-tanggung: 123 orang bruder mendaftarkan diri bersedia untuk dikirim ke Indonesia. Lalu, Bruder Pemimpin memilih 5 Bruder yang sekiranya cocok di kirim ke Indonesia.
Pada hari Minggu, 8 Agustus 1920, dilantiklah di kota Maastricht, di kapel induk biara de Beyart, Br. August sebagai pemimpin rumah Santo Fransiskus Xaverius di Yogyakarta. Kemudian pada tanggal 14 Agustus pada tahun yang sama lima bruder utusan pertama itu menuju Batavia (Jakarta). Berlabuh di Tanjung Priok, tanggal 19 September 1920. Pastor van Lith (tokoh pendidik di Muntilan) menyambutnya dengan mengucapkan "Selamat Datang!"
Kelima utusan pertama itu adalah: Br. Constantius, Lebuinus, August, Efratius dan Ivo. Pada tanggal 20 September 1920 mereka tiba dan mulai menempati rumah komunitas pertama Indonesia, di Yogyakarta. Sakarang tempat itu dikenal dengan Bruderan FIC Kidul Logi, Jl. P. Senopati.
Tugas mereka adalah berkarya diantara dan untuk penduduk asli Indonesia.
Segera karya para Bruder dikenal masyarakat dan berkembang ke kota-kota lain: seperti Muntilan, Sala, Ambarawa, Semarang, Boro, Klaten, kemudian mekar ke Jakarta, Kalimantan Barat, Sumatra Selatan dan Irian Jaya.

Perkembangan Bruder FIC di Indonesia
Karya bruder FIC di bidang pendidikan ini agaknya cepat mengena di hati beberapa pemuda.
Tahun 1923 dua pemuda mendaftarkan diri menjadi calon Bruder FIC. Mereka itu berasal dari Sala dan dari Salatiga. Mereka mulai masa postulatnya di Negeri Belanda. Tidak lama lagi diikuti oleh pemuda-pemuda yang lain. Mereka ingin seperti para Bruder, mengabdikan diri bagi sesama lewat pendidikan dan pembinaan.
Menjadi Bruder tidak berarti mencari kedudukan, kekuasaan, kehormatan dan kekayaan, melainkan 'Dalam persekutuan yang erat dengan Yesus Kristus, dengan sesama bruder, dan dengan sesama manusia, kita mengabdikan diri kepada pertumbuhan terus-menerus Kerajaan Allah [Kerajaan Kasih] di dalam diri kita, di dalam persekutuan kita, di dalam Gereja, dan di dalam dunia tempat kita hidup.'
Para Bruder FIC hidup bersama dengan para Bruder yang secita-cita dalam suatu rumah komunitas. Hanya dalam keadaan yang khusus, seorang Bruder FIC hidup di luar rumah komunitas. Berkarya, hidup bersaudara, dan berdoa adalah warna kehidupan sehari-hari Bruder FIC.
Sebagai kongregasi, terutama membaktikan diri kepada karya pendidikan dan pembinaan - kaum muda - yang dilaksanakan di sekolah, dan tetap terbuka bagi kemungkinan-kemungkinan lain, seperti: di asrama, di panti asuhan, dan karya sosial yang lain, baik di kota, pinggiran kota, maupun pedesaan; bahkan dengan keterbukaan hati menjalani perutusan ke negara atau benua lain, membaktikan diri di sana. Dalam semuanya itu, membawa 'amanat' tegas Bruder Pertama: Jangan pernah melalaikan orang miskin!

Seminari Menengah St. Yohanes Bosco - Samarinda

SEJARAH
Pendiri Seminari St. Yohanes Don Bosco adalah Mgr. Groen MSF,pada tanggal 12 Juli 1950.
Pada awalnya bernama St. Yosef, dengan makna : Mendidik seminaris yang mau bekerja keras,tekun dan taat dalam bimbingan Tuhan sebagaimana Santo Yosef. Tanggal 21 Mei 1938, wilayah Misi MSF di Kalimantan yang meliputi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur dipisahkan dari Vikariat Apostoliknya (Pontianak) dan dijadikan Prefektur Apostolik Banjarmasin,dan tanggal 19 Oktober 1938 Peter Jac Kusters MSF diangkat menjadi Prefek Banjarmasin.

Program kerja Pater Jac Kusters MSF meliputi 3 hal :

  1. Perbaikan dibidang sosial,berhubung adanya pergeseran pada bidang adat dan kebiasaa padakebiasaan pada masyarakat sebagai suku setempat.
  2. Mengintensifkan karya pastoral,supaya khususnya permasalahan hidup perkawinan dapat ditangani secara lebih baik.
  3. Mengusahakan adanya konsolidasi dibidang pendidikan dan pengajaran,kareba adanyapembukaan sekolah-sekolah dan pertumbuhannya yang terlalu cepat,baik sekolah yangdidirikan oleh Pemerintah maupun pihak Gereja.

Tanggal 12 Juli 1950, Mgr. J. Groen MSF,Vikaris Apostolik Banjarmasin,mendirikan Seminari Menengah dengan nama pelindung St. Yosef Pekerja. Hal ini dimaksudkan untuk mencetak tenaga pastoral yang taat,tekun, bekerja keras serta setia pada karya dan rencana Allah.

Setelah empat tahun berjalan, ternyata banyak peminatnya,sehingga tahun 1954 Seminari St. Yosef ini dipindahkan ke Sanga-sanga,kira-kira 10 Km arah ke laut, dari Kota Samarinda Kalimantan Timur. Seminari St. Yosef Sanga-sanga direncanakan akan menjadi Seminari Menengah Regional bagi Vikariat Banjarmasin dan Samarinda.

Tahun 1956 diadakan konferensi Vikaris seluruh Kalimantan, salah satu keputusannya adalah mengirim 3 kelas ke Seminari Nyarungkop-Pontianak hal ini dilakukan karena di Seminari Sanga-sanga kekurangan tenaga pengajar.

Tanggal 27 Juni 1959 Seminari Menengah St. Yosef Sanga-sanga di tutup. Kelas yang ada dipindahkan ke Seminari Nyarungkop Pontianak-Kalimantan Barat, hanya Kelas Persiapan Atas (KPA) tetap tinggal di Kalimantan Timur. Kemudian KPA ini dipindahkan ke Desa Tering, kira-kira 500 Km dari Samarinda.

SEMINARI ST. YOHANES DON BOSCO SAMARINDA

Tahun 1961, Seminari Menengah dibuka kembali di Samarinda. Para Siswa Seminari selama tiga tahun pertama mengikuti pelajaran SMP dab tiga tahun selanjutnya mengikuti pelajaran SMA. Di Seminari mereka mendapat pelajaran tambahan Bahasa Latin dan bidang-bidang pembinaan agama. Cara pengajaran seperti ini dapat berlangsung dengan baik karena pada tahun 1959 telah dibuka SMP Katolik di Samarinda. Selanjutnya tahun 1963 SMA Katolik pun dibuka,sehingga siswa Seminari Menengah yang berbeda di Nyarugkop-Pontianak dipindahkan kembali ke samarinda. Beberapa tahun kemudian Vikariat Banjarmsin juga mengirim siswa Seminarinya ke Samarinda.

Tahun 1971,Seminari St. Yosef diintegrsikan dengan Asrama St.Yohanes Don Bosco, sebuah asrama untuk pelajar Putra Non Seminaris yang didirikan tahun 1956. Semenjak penggabungan itu nama Seminari St. Yosef berubah menjadi "Asrama Seminari St. Yohanes Don Bosco. Pada tahun 1993, penggabungan ini dirombak, para Seminaris dipisahkan dengan yang non Seminaris. Para Seminaris pindah ke Gedung Seminari Don Bosco di jalan Pasundan 78, hingga sekarang.

Seminari Menengah Santo Yohanes Don Bosco Samarinda,walaupun telah sekitar setengah abad berdiri dan telah 12 tahun menempati gedung sendiri di Jalan Pasundan 78 Kampung Jawa Samarinda,tetapi jumlah murid tidak menunjukan ada peningkatan yang cukup berarti. Mungkin karena melihat minat siswa yang mau masuk Seminari tidak begitu menunjukan peningkatan itulah,maka sistim pembinaan dan jumlah tenaga pembinaannya pun tidak menunjukan adanya perubahan pada tahun-tahun yang sebelumnya,maka setelah pergantian Rektor Seminari, maka semuanya menunjukan adanya tanda-tanda kehidupan di seminari yang sebelumnya lengan sekarang menjadi ramai dan semakin banyak siswa yang mendaftar di seminari,siapakah gerangan sang Rektor yang mendobrak sistim lama dan mengganti dengan sistim yang kompotitif dan sangat ter up to date? ya... siapa lagi kalau bukan Pastor Benediktus Indropraptono Pr. Maju terus Seminari Don Bosco dalam meniti panggilan suci pantang menyerah Tuhan memberkati.


ARTI LAMBANG
Lambang didominasi bentuk bebijian yang melambangkan "BENIH=SEMEN (Bahasa Latin)" lebih lanjut pengertiannya berkembang menjadi " SEMINARE" lalau " SEMINARIUM" yang berarti "Penyemian Benih"
Makna Tulisan : Warna Kuning = Keluhuran; Merah = Pengorbanan demi sesama; Hijau=Kesuburan untuk penyemian benih; Biru muda = Keteduhan demi kesehatan jiwa raga; Biru Tua= Kemantapan dalam iman; Hitam=Keteguhan hati menolak godaan duniawi.
1. Inti Benih dipadu dengan Salib dan Cawan/Sibori yang menyatu dengan mesbah atau Altar bermakna SANCTITAS : Kesucian salah satu motto Seminari yang membina para Seminaris/Calon Imam untuk dapat hidup dan mempunyai dedikasi yang tinggi untuk hidup mengarah kepada Tuhan dan menjunjung tinggi bidang kesakralan/kekudusan di tengah dunia yang sudah porak poranda.
2. Daging Benih yang menjadi latar inti benih bermakna SANITAS: Kesehatan salah satu motto Seminari yang membina para Seminaris/Calon Imam untuk mampu hidup dalam jiwa dan raga yang sehat,walau mereka berada di situasi dunia yang penuh dengan kekotoran, dan justru nanti akan menjadi tugas dan kewajiban mereka untuk membawa dunia ini menuju kekudusan kepada Tuhan.
3. Kulit benih yang menjadi pelindung Inti benih yang bermakna SCIENTIA: Science/Pengetahuan salah satu moto Seminari yang membina para Seminaris/Calon Imam untuk memiliki Science/pengetahuan,dan Teknologi karena dewasa ini kemajuan dunia informatika begitu pesat dan up to date para calon Imampun harus bisa menyesuaikan semuanya itu dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan kewajibannya kelak sebagai Imam dalam melayani umat.
 
 
Visi Seminari
Bersandar pada motto : Kesucian,Kesehatan,dan Pengetahuan, brusaha memotivasi para Seminari untuk siap sedia menanggapi panggilan Tuhan,untuk belajar sebagai seorang calon Imam,biarawan-biarawati,kaum religius yang tekun dan handal
Seminari St. Yohanes Don Bosco adalah lembaga pendidikan calon Imam milik Keuskupan Agung Samarinda (KASRI). Sebagai seminari Menengah,seminari Don Bosco menampung dan membentuk para kaula muda yang mempunyai niat dan kemauan untuk menanggapi panggilan Tuhan secara khusus.

Misi Seminari
Berdasarkan Misi Keuskupan (Kususnya kemandirian dalam hal tenaga Pastoral) mendorong dan memotivasi para seminaris untuk siap sedia menaggapi panggilanTuhan, untuk belajar sebagai seorang calon Imam,biarawan atau kaum religius yang tekun dan handal.
dengan munculnya banyak panggilan, maka diharapkan muncul juga banyak tambahan tenaga pastoral ( baik awam maupun kaum berjubah) yang mau bekerja di wilayah keuskupan agung samarinda yang sampai saat ini masih sangat minim.

Seminari Don Bosco adalah lembaga pendidikan calon Imam milik keuskupan agung samarinda (KASRI). Sebagian seminari menengah,seminari don bosco menampung dan membentuk para kaula muda yang mempunyai niat dan kemauan untuk menaggapi Tuhan secara kusus.

VISI Jenjang SMU : Pribadi yang mulai mengidamkan Imamat

MISI Jenjang SMU :
  • Menerima para remaja tamatan SLTP yang ingin mewujudkan idamannya menjadi imam
  • Membentuk mereka untuk mulai memiliki kualitas-kualitas manusiawi dan rohani -
  • kristiani yang sesuai untuk memeluk tawaran panggilan imamat yang diidamkannya.
  • Menyeleksi mereka untuk mendapatkan calon yang sungguh-sungguh terpesona (aspirare)
  • akan tawaran panggilan imamat.
VISI jenjang KPA : Pribadi yang terpesona akan tawaran panggilan menjadi imam diosesan KASRI.
MISI jenjang KPA :
  • Menerima para kaula muda tamatan SMU/sederajat yang ingin mewujudkan idamannya
  • Membentuk mereka untuk mulai memiliki kualitas-kualitas manusiawi dan rohani - kristiani yang sesuai untuk memeluk tawaran panggilan imamat yang diidaminya.
  • Menyeleksi mereka untuk mendapatkan calon yang sungguh terpesona (aspirare) akan tawaran panggilan imamat
Visi Pra-Tor: Pribadi yang berani melamar untuk menjadi calon imam diosesan KASRI

Misi Pra-Tor :

  1. Menerima para kawula muda tamatan SMU seminari dan KPA yang ingin mewujudkan idamannya menjadi imam diosesan KASRI
  2. Membentuk mereka untuk semakin memiliki kualitas-kualitas manusiawi dan raohani-kristiani yang sesuai untuk memeluk tawaran panggilan imamat yang diidamkannya
  3. Menyeleksi mereka untuk mendapatkan calon yang berani melamar (Postulare) untuk menjadi calon imam diosesan KASRI.
 
 
 
Hubungi:
Seminari Menengah St. Yohanes Bosco 
Jl. Pasundan no. 48, Samarinda-Kaltim
Telp. (0541)742268
email: seminaridonbosco069@gmail.com