Selasa, 14 Juni 2011

Ordo Hamba-Hamba Maria ( OSM )



Ordo Hamba-hamba Santa Perawan Maria didirikan oleh tujuh santo yang hidup pada abad ketigabelas. Mereka  berasal dari Florence, Italia. Mereka memiliki cinta mendalam kepada Bunda Maria, Bunda Allah. Mereka adalah anggota aktif suatu konfraternitas ( persaudaraan sejati) Santa Perawan Maria. Kisah bagaimana mereka menjadi pendiri Ordo Servite sungguh menakjubkan. Pada Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, sementara mereka bertujuh khusuk dalam doa, Bunda Maria menampakkan diri kepada mereka. Bunda Allah mengilhami mereka untuk meninggalkan dunia dan hidup hanya bagi Tuhan. Setelah beberapa tahun hidup sebagai pertapa, mereka menghadap uskup. Mereka mohon suatu peraturan hidup yang perlu mereka taati. Uskup mendorong mereka untuk berdoa dan memohon bimbingan Bunda Maria. Santa Perawan Maria kembali menampakkan diri kepada mereka dengan membawa sehelai jubah hitam. Di sampingnya tampak seorang malaikat membawa sebuah gulungan bertuliskan “Hamba-hamba Santa Perawan Maria”. Dalam penglihatan itu, Bunda Maria mengatakan bahwa ia telah memilih mereka menjadi hamba-hambanya. Ia meminta mereka untuk mengenakan jubah hitam. Inilah jubah yang mulai mereka kenakan pada tahun 1240. Mereka juga memulai suatu hidup religius seturut peraturan St Agustinus.

Orang-orang yang mengagumkan ini saling membantu dan menguatkan dalam mengasihi dan melayani Tuhan dengan terlebih baik. Enam dari antara mereka ditahbiskan menjadi imam. Mereka adalah Bonfilius, Amadeus, Hugo, Sostenes, Manettus dan Buonagiunta. Sedangkan yang terakhir, Alexis, tetap dalam statusnya sebagai seorang rohaniwan yang mengagumkan hingga akhir hayatnya. Dalam kerendahan hatinya, Alexis memilih untuk tidak ditahbiskan ke jenjang imamat. Banyak pemuda datang menggabungkan diri dengan para pendiri yang kudus ini. Mereka dikenal sebagai Hamba-hamba Santa Perawan Maria atau Servite. Ordo Servite mendapat persetujuan dari Vatican pada tahun 1259. Ketujuh pendirinya dimaklumkan sebagai santo oleh Paus Leo XIII pada tahun 1888.


Jumat, 10 Juni 2011

Seminari Menengah St. Paulus - Palembang

Sejarah Singkat
Keberadaan Seminari kita diawali oleh empat anak yang setelah lulus Sekolah Rakyat berkeinginan untuk menjadi imam, tepatnya pada tanggal 24 April 1947. Berhubung saat itu belum ada tempat khusus, maka mereka ini ditampung di Pastoran Hati Kudus Palembang, Sumatera Selatan. Mereka didampingi secara khusus oleh para Imam Hati Kudus Yesus (SCJ) dan para Frater dari Kongregasi Bunda Hati Kudus (BHK). Santo Paulus diambil sebagai nama pelindung untuk “cikal-bakal” Seminari ini.
Pada tahun yang sama, di Pringsewu - Lampung, Pastor J.O.H. Padmo Seputro, Pr., merealisir gagasan P. Wahyo Sudibyo, OFM, (Pastor di Metro, Lampung) untuk mendirikan sebuah Sekolah Menengah Katolik St. Joseph, tepatnya pada tanggal 2 Februari 1948. Di antara para siswa SMK inilah dicari, dikumpulkan dan didampingi beberapa anak (paling tidak tercatat ada 8 orang) yang berkeinginan untuk menjadi imam. Mereka tinggal dan hidup di asrama tersendiri, dan untuk kebutuhan harian dibantu para Suster Franciscanes Pringsewu. Karena alasan politik pada waktu itu, yakni bahwa mereka ingin tetap bergabung dan menjadi bagian dari para pejuang kemerdekaan pada waktu itu, maka pada tahun 1949 kelompok kecil ini bersama dengan pastor pembimbingnya pindah (mengungsi?) ke Padang Bulan, beberapa kilometer dari Pringsewu. Namun hal ini tidak berlangsung lama, karena pada tahun itu juga mereka bergabung dengan Seminari St. Paulus Palembang. Mereka diberangkatkan dengan pesawat terbang dari Lampung ke Jakarta, dan dari Jakarta ke Palembang dengan kapal laut.
Dengan penggabungan ini, maka  Seminari St. Paulus Palembang mengalami babak baru. Para pendidik Seminari saat itu antara lain P. Van der Sangen SCJ, P. G. Elling SCJ, P. Piet Middeldorp SCJ, Mr. Lap, dan Fr. Montfort BHK.
Oleh karena alasan politis, maka pada tahun 1950  Seminari St. Paulus dipindahkan ke Lahat, (Sumatera Selatan). Di sini peran para suster Carolus Borromeus sangat besar bagi kelangsungan hidup Seminari. Mereka mendukung dengan Sekolahan mereka, namun juga memenuhi kebutuhan hidup harian para seminaris dan stafnya.
Pada pagi hari, para seminaris bergabung dengan para siswa di sekolahan Suster, dan pada sore hari mendapat pelajaran khusus seminaris.
Pada tahun 1951, tepatnya bulan Agustus, setelah ujian akhir, para seminaris pindah lagi ke Palembang. Kali ini mereka tidak lagi menempati Pastoran Hati Kudus Palembang, namun di Frateran Bunda Hati Kudus, Palembang. Di tempat ini pun tidak lama, karena alasan tempat, mereka segera pindah ke kompleks Rumah Sakit Charitas Palembang berkat kebaikan Kongregasi para Suster Franciscanes Charitas (FCh.). Sementara itu telah diputuskan juga untuk membangun gedung Seminari St. Paulus di samping Sekolah Xaverius, Jl. Bangau.
Pada tanggal 15 Mei 1953 gedung Seminari St. Paulus diresmikan. Sebagai rektor adalah P. Van der Sangen SCJ, dan baru pada tanggal 24 Juni 1954 digantikan oleh P. Van Beek SCJ.
Pelaksanaan pendidikan Seminari banyak dibantu oleh Sekolah Xaverius, namun semua proses pendidikan dijalankan secara terpisah dari Sekolah Xaverius, yakni di dalam kompleks Seminari sendiri. Demikian juga untuk kebutuhan harian Seminari tidak lagi menggantungkan diri dari para Suster Charitas, namun diselenggarakan sendiri.

Visi dan Misi
VISI
St. Paulus
Bekerja sama dengan para orang tua, Gereja setempat dan seluruh umat, Seminari St. Paulus membantu para para alumninya yang dididik dan didampinginya berkembang secara seimbang dalam sanctitas (kesucian), sanitas (kesehatan), scientia (pengetahuan) serta socialitas, agar menjadi pribadi yang dewasa secara menusiawi dan kristiani sehingga mampu menjawab panggilan khusus ke arah imamat dan/atau hidup membiara dalam Gereja.
MISI
  • Mendidik dan mendampingi Seminaris agar berkembang secara seimbang dalam sanctitas, sanitas, scientia, serta socialitas, sehingga menjadi manusia dewasa manusiawi dan kristiani sesuai dengan usianya, semakin mampu menanggapi panggilan Tuhan dan mengambil keputusan hidup sesuai dengan panggilannya.
  • Mendampingi para seminaris agar mengerti dan terbuka terhadap budaya dan agama dalam konteks Indonesia.
  • Membantu Seminaris untuk semakin peka akan kebutuhan Gereja dalam konteks Indonesia, terutama untuk menjadi imam di daerah Sumatera bagian Selatan, yakni Keuskupan Agung Palembang, K. Tanjungkarang, K. Pangkalpinang, Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus (SCJ) dan Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus dan Maria (SSCC), Kongragasi Para Frater Bunda Hati Kudus (BHK), dan Kongregasi Para Bruder Caritas (FC). Dengan pertimbangan yang khusus, tetap tidak ditutup kemungkinan untuk memilih menjadi imam diocesan dan Kongregasi lain.
Hubungi..

Seminari Menengah St. Paulus
Jl. Bangau 60
Palembang 30113
Telp. 0711 - 351948

Jumat, 03 Juni 2011

Ordo Fratrum Minorum (OFM)

Sekilas Mengenai Pendiri
Fransiskus dilahirkan di kota Assisi, Italia pada tahun 1181. Ayahnya bernama Pietro Bernardone, seorang pedagang kain yang kaya raya, dan ibunya bernama Donna Pica. Di masa mudanya, Fransiskus lebih suka bersenang-senang dan menghambur-hamburkan harta ayahnya daripada belajar. Ketika usianya 20 tahun, Fransiskus ikut maju berperang melawan Perugia. Ia tertangkap dan disekap selama satu tahun hingga jatuh sakit. Pada masa itulah ia mendekatkan diri kepada Tuhan. Setelah Fransiskus dibebaskan, ia mendapat suatu mimpi yang aneh. Dalam mimpinya, ia mendengar suara yang berkata, "layanilah majikan dan bukannya pelayan."
Setelah itu Fransiskus memutuskan untuk hidup miskin. Ia pergi ke Roma dan menukarkan bajunya yang mahal dengan seorang pengemis, setelah itu seharian ia mengemis. Semua hasilnya dimasukkan Fransiskus ke dalam kotak persembahan untuk orang-orang miskin di Kubur Para Rasul. Ia pulang tanpa uang sama sekali di sakunya. Suatu hari, ketika sedang berdoa di Gereja St. Damiano, Fransiskus mendengar suara Tuhan, "Fransiskus, perbaikilah Gereja-Ku yang hampir roboh". Jadi, Fransiskus pergi untuk melaksanakan perintah Tuhan. Ia menjual setumpuk kain ayahnya yang mahal untuk membeli bahan-bahan guna membangun gereja yang telah tua itu.
Pak Bernardone marah sekali! Fransiskus dikurungnya di dalam kamar. Fransiskus, dengan bantuan ibunya, berhasil melarikan diri dan pergi kepada Uskup Guido, yaitu Uskup kota Assisi. Pak Bernardone segera menyusulnya. Ia mengancam jika Fransiskus tidak mau pulang bersamanya, ia tidak akan mengakui Fransiskus sebagai anaknya dan dengan demikian tidak akan memberikan warisan barang sepeser pun kepada Fransiskus. Mendengar itu, Fransiskus malahan melepaskan baju yang menempel di tubuhnya dan mengembalikannya kepada ayahnya.
Kelak, setelah menjadi seorang biarawan, Fransiskus baru menyadari bahwa yang dimaksudkan Tuhan dengan membangun Gereja-Nya ialah membangun semangat ke-Kristenan.
Pada tanggal 3 Oktober 1226, dalam usianya yang ke empatpuluh lima tahun Fransiskus meninggal dengan stigmata (Luka-luka Kristus) di tubuhnya.
Tidak ada seorang pun dari pengikutnya yang menyerah dan mengundurkan diri setelah kematian Fransiskus, tetapi mereka semua melanjutkan karya cinta kasihnya dengan semangat kerendahan hati dan meneruskan kerinduannya untuk memanggil semua orang menjadi pengikut Kristus yang sejati.
Semasa hidupnya, ia juga mendirikan sebuah ordo yang ia beri nama Ordo Fratrum Minorum (OFM).
Santo Fransiskus adalah santo pelindung binatang dan anak-anak. Pestanya dirayakan setiap tanggal 4 Oktober.
OFM Indonesia
“Pergilah dan wartakanlah bahwa kerajaan Allah sudah dekat”. Sabda Yesus inilah yang mendorong Fransiskus Asisi untuk pergi kemana-mana mewartakan kabar gembira. Bagi Fransiskus, biaranya adalah seluruh dunia. Semangat ini diteruskan oleh para saudara Dina; memenuhi seluruh bumi dengan Injil Yesus Kristus termasuk di bumi nusantara Indonesia.
Sejak abad ke-13, para misionaris Fransiskan sudah singgah di Sumatera, Jawa dan Kalimanatan dalam perjalanan ke tanah misi di Tiongkok. Para Fransiskan baru mulai menetap sebagai misionaris di wilayah nusantara pada abad ke 16 dan 17 khususnya di Blambangan, Ternate, Makasar, Minahasa, Sangihe, Timor dan Aceh. 

Para Fransiskan kembali lagi menjejakkan kaki di Bumi Nusantara pada 21 Desember 1929. Atas permintaan P.J. Willekens SJ (Vikaris Apostolik Jakarta/Batavia waktu itu), lima Fransiskan dari Provinsi Belanda tiba di Tanjung Priok. Mereka adalah Azarius de Kok OFM, Paschalis Heitkonig OFM, Michael Lunter OFM, Victorius Beekman OFM, Floribertus Schneider OFM.
Pada mulanya, kelima misionaris awal Fransiskan itu diberi wewenang untuk berkarya di wilayah Jakarta (Batavia) dan sekitarnya seperti di Paroki Kramat dan Meester-Cornelius (St. Yosep- Matraman, sekarang ini), stasi-stasi Tangerang dan Kampung Sawah, Rangkasbitung dan Serang di Banten. Di Jakarta, para Fransiskan ini juga dipercayai untuk menangani Panti Asuhan Vincentius.
Dari Jakarta, Para Saudara Dina bergerak ke Jawa Barat, berkarya di tengah-tengah umat Muslim. Kemudian, para Saudara Dina juga melebarkan misinya ke Yogyakarta, Flores dan Papua. Saat ini, Fransiskan Provinsi St. Mikael Malaikat Agung Indonesia berkarya di 8 keuskupan yaitu K.A. Jakarta, K.A. Semarang, K.A. Ende, K. Bogor, K. Ruteng, K. Atambua serta K. Baucau dan K. Dili di Timor Leste (keuskupan-keuskupan di Papua ditangani oleh OFM Kustodi Fransiskus Duta Damai).


Karya-karya OFM Indonesia
  1. JPIC (Justice, Peace, and Integration of Creation) atau Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan menjadi rangkuman dari Spiritualitas Fransiskan. Sebagai sebuah rangkuman spiritualitas maka semangat ini juga perlu diungkapkan. Supaya spiritualitas ini menjadi gerakan, dibentuklah lembaga JPIC-OFM Indonesia. JPIC-OFM Indonesia berusaha mengupayakan supaya cara hidup dan karya yang menjawab tantangan zaman, kepedulian dan pembelaan bagi yang miskin dan tertindas. Kegiatan-kegiatan JPIC-OFM Indonesia meliputi 5 bidang yaitu bidang Animasi, Litbang, Sosial Karitatif, Ekologi dan Advokasi.
  2. Sosial Karikatif (Panti Asuhan, Rumah Sakit, Rumah Singgah  bagi orang miskin dan Pastoral Rumah Sakit)
  3. Pendidikan (STF Driyakara-Jakarta, Yayasan Fransiskus, Yayasan Santo Fransiskus, Ndoso-Flores, Sekolah St. Fransiskus – Fatuberliu, Timor Leste)
  4. Karya Parokial
Hubungi:

Provinsialat
Jl. Kramat V/10,
Jakarta Pusat, INDONESIA
Telp. 021-3909941
Fax. +62-21-3101940
Email:
framinor@cbn.net.id


Novisiat Transitus
Jl. Kamboja 22, Depok, Jawa Barat
(021) 7773467



Biara St. Bonaventura
Jl. Legi 142 Papringan, Yogyakarta
(0274) 566021



Biara St. Yosep
Pagal, Manggarai, NTT 86508
(0385) 21872 (Biara Karot)



Biara St. Fransiskus Asisi
Tenubot/Kp. Kuneru
Kel. Manumutin RT 007 / RW 002
Atambua NTT 85712



Fundasi St. Antonius dari Lisboa
Camara Eclesiastica, nr 50
Avenida dos Direitos Humanos
Caixa Postal 100, Bidau Lecidere
Dili, Timor Leste

Rabu, 25 Mei 2011

Kongregasi Misionaris Claris (MC)

Madre Maria Ines
Sejarah Kongregasi dan Perjalanan Ibu Pendiri
Madre Maria Ines Teresa Arias Espinosa lahir di Ixtland del Rio, Nayarit, Mexico pada tanggal 7 Juli 1904 sebagai anak ke lima dari delapan bersaudara.
Selama perayaan kongres Ekaristi Nasional bulan Oktober 1924 dia begitu tersentuh oleh rahmat illahi, sehingga mengambil keputusan yang mantap untuk menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dalam hidup membiara. Pada hari raya Kristus Raja tahun 1926 ia membaktikan diri kepada cinta Mahabelaskasih sebagai "kurban bakaran" .
Setelah mengatasi berbagai kesulitan, akhirnya tanggal 5 Juni 1929 ia mewujudkan cita-citanya masuk biara kontemplatif Santa Clara (Claris) di Los Angles, California, tempat para suster mengungsi karena pengejaran terhadap Gereja di Mexico. Pada tahun 1945 dengan persetujuan para pimpinan biaranya dan ijin pemimpin Gerejawi ia mendirikan Kongregasi Misionaris Claris dari Sakramen Mahakudus di Cuernavaca, Mexico. Karya ini berkembang dengan cepat, sehingga pada tanggal 22 Juni 1951 mendapat pengesahan kepausan dari Tahta Suci dan Madre Ines diangkat sebagai Pemimpin Umum yang pertama.
Panggilan hidup doanya, cintanya kepada jiwa-jiwa dan kepada salib melebur dalam dirinya menjadi kepasrahan sepenuhnya terhadap kehendak Allah.Sumber doa baginya adalah Sabda Allah yang dibaca dalam Kitab Suci, direnungkan dalam hatinya dan dibaca kembali serta dihayati dalam persekutuan dengan Gereja.

Ekaristi dan Maria adalah pusat kehidupannya
Di hadapan Tabernakel dan dalam kemesraan sebagai putri Maria, Madre Ines menyelaraskan semua percobaan dan penderitaannya dengan kepentingan-kepentingan Yesus: "Engkau memperhatikan kepentingan-kepentinganKu dan Aku akan memperhatikan kepentingan-kepentinganMu".
Ia mengambil motto Rasul Paulus: "Oportet Illum Regnare" (Dia Harus Meraja), dan karenanya hidup Madre Ines terdorong oleh kedahagaan misioner demi keselamatan jiwa-jiwa. Ia menjelajah beberapa benua dan mendirikan misi-misi di Mexico, Jepang, Indonesia, Costa Rica, Sierra Lione, Nigeria, Amerika Serikat, India,  Spanyol, Irlandia, Korea, Rusia, Argentina, Italia. Madre Ines juga mendirikan sekelompok imam yang disebut "Misionaris Kristus untuk Gereja Universal", dan gerakan/kelompok awam yang bernama "Van Clar".
Tanggal 9 Desember 1980 Madre Ines diterima dalam audiensi pribadi oleh Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II, berkenan dengan ulang tahun ke 50 dalam pembaktian membiaranya. Penuh kepercayaan kepada Sri Paus ia membaharui kaul-kaulnya dan menyerahkan segenap anggota keluarga misionernya. Secara spontan Sri Paus berkata, "Betapa setianya! Betapa setianya".
Hamba Allah Madre Maria Ines meninggal dunia pada tanggal 22 Juli 1981 dengan ketenangan, kesederhanaan dan kepasrahan dalam tangan Allah Bapa dalam satu tindakan cinta sempurna, seperti yang telah dihayati semasa hidupnya. Kehidupan dan kematian Madre Ines bagaikan madah pujian, yang bergema di dunia dan memulai madah abadi dalam kontemplasi Allah yang Mahakudus.
Sekarang ini Suster Madre Ines dalam proses beatifikasi, Madre Maria Ines Teresa Arias, MC menerima dari Gereja gelar Hamba Allah dan gelar Venerable (yang pantas dihormati) pada tanggal 3 April 2009.Semoga segala proses beatifikasi dapat berjalan dengan baik.


Bergabunglah bersama kami untuk melayani sesama dalam karya :
    St. Clara
  • Pastoral - Katekase
  • Sosial
  • Pendidikan
  • Kesehatan
Misionaris Claris berkarya di berbagai negara :
  • Roma  - pusat kongregasi MC
  • Amerika - Mexico, Costa Rica, Amerika Serikat, Argentina
  • Eropa - Spanyol, Irlandia, Italia, Rusia
  • Asia - Jepang, Indonesia, Korea Selatan, India
  • Afrika - Nigeria,  Sierra Leone

Semangat Kongregasi Misionaris Claris :
  1. Misioner
  2. Ekaristi
  3. Imami
  4. Marian
Spiritualitas Kongregasi Misionaris Claris :
  1. Kegembiraan
  2. Kesederhanaan
  3. Kepercayaan
Logo


Makna gambar :
  • Salib Misioner : Berusaha melaksanakan rencana Bapa, untuk menyelamatkan semua orang. Bersedia ditugaskan di mana saja.
  • Daun Palem Ekaristik : Jalinan persatuan dengan Sang Maha Suci dalam sembah sujud pada Sakramen Mahakudus. Santapan rohani yang menguatkan.
  • Lentera Imami : Mempersembahkan hidupnya sebagai kurban silih untuk keselamatan jiwa-jiwa.
  • Kecapi Kegembiraan : Hati bagai kecapi yang melambungkan lagu-lagu merdu dari kesediaan hati yang penuh cinta dalam pengabdian kepada Tuhan dan sesama
  • Bunga dan Bintang Marian : Meneladani hidup Maria dalam kesetiaannya kepada Yesus.
  • Oportet Illum Regnare: Dia harus Meraja

Hubungi....

Rumah Regional
Jl. Ngagel Madya no. 1
Surabaya - 60284
Telp. 031-5023827
Fax 031-5040851

Novisiat 
Jl. Mundu no. 27 Madiun - 63131
Telp 0351-452038
Fax 0351-483823

Misionaris Claris
Jl. Biliton no. 10
Madiun - 63122
Telp 0351-494524
Fax 0351-455780

Misionaris Claris
Jl. Duren Sawit Baru Blok A 10 no. 10
Jakarta Timur
Telp. 021-8618071
Fax. 021-8618027

"Que Todos Te Conoscan Y Te Amen, Es La Unica Recompensa Que Quiero" - "Tuhan, semoga semua orang mengenal dan mencintaiMu inilah balasan satu-satunya yang kuinginkan"

Selasa, 24 Mei 2011

Ordo Carmelitarum Discalceatorum (OCD)

Para suster OCD hidup dan tinggal di dalam biara kontemplatif.
Karya kerasulan yang utama adalah mendoakan kepentingan Gereja kudus Allah dan seluruh umat manusia.

Sejarah
Ordo Carmelitarum Discalceatorum (OCD)
Pada tanggal 24 Agustus 1562 St.Teresa Avila memugari Ordo Karmel dan membentuk kelompok kecil dengan nama: Ordo Karmel tak Berkasut.
St. Teresa dari Avilla
Pemugaran dilakukan oleh St.Teresa Avila karena adanya:
1. Perpecahan dalam Gereja yang disebabkan oleh para pengikut Luther (Profanisasi
    Ekaristi Kudus)
2. St.Teresa Avila terdorong untuk menghayati yang lebih sungguh-sungguh dalam menghayati hidup bakti
3. Sungguh-sungguh menghayati nasehat Injil dan hidup dalam klausura yang lebih ketat, dalam komunitas yang lebih kecil.

    menghayati hidup bakti dalam komunitas yang lebih kecil jumlahnya
Dalam perkembangannya Komunitas OCD untuk pria berdiri pada tahun 1580. Sampai pada saat ini biara OCD telah mempersembahkan 20 orang kudus dan 3 pujangga/Doktor Gereja, yaitu:
Yohanes dari Salib, Teresa dari Avilla, dan Theresia dari Lisieux.

Ordo Carmelitarum Discalceatorum (OCD) di Indonesia.
Kedatangan OCD di Indonesia bermula pada tahun 1635. Rm Dionisius OCD dengan Br.Redemptus  OCD

mendarat di Aceh, namun mereka terbunuh. Akibatnya misi OCD di Indonesia terhenti.
Pada tahun 1939, berganti para suster OCD yang datang ke Indonesia melalui negeri Belanda dan membangun Biara suster OCD di Lembang, Bandung.
Pada masa pendudukan Jepang pada tahun 1942, para suster OCD dari Belanda di tawan , dan biara mereka diduduki oleh Polisi. Setelah Indonesia merdeka mereka dibebaskan.
Sementara menanti kejelasan untuk kembali ke Lembang, Bapa Uskup Ende, Mgr. Hubertus Antonius Thijssen SVD, meminta kepada para suster OCD untuk membuka biara di Ende. Maka pada tahun 1953, berlayarlah para suster OCD menuju Ende, Flores. Para suster memilih kota dingin Bajawa menjadi tempat tinggal.
Pada tahun 1960 biara OCD di Lembang kembali di buka. Pada tahun 1994 atas permintaan Uskup Dilli, Timor Leste, suster-suster OCD membuka komunitas di Hera, Dilli.
Sesuai dengan peraturan yang menyatakan, bahwa komunitas suster OCD tidak boleh memiliki anggota lebih dari 21 orang, maka pada tahun 2003 diputuskan melakukan pemekaran dari beberapa keuskupan yang menjadi pilihan. Para suster OCD terdorong untuk memilih Keuskupan Surabaya sebagai tempat karya kerasulan suster-suster OCD berikutnya.

Hubungi..
Biara Karmel OCD
Jl.Kusuma Karmel, Claket-Pacet
Mojokerto 61376
Telp/fax: 0321-691 692

Sabtu, 21 Mei 2011

Suster-Suster Cintakasih St. Carolus Borromeus (CB)

Sejarah

Ibu Pendiri - Elisabeth Gruyters
Catatan-catatan yang ditinggalkan oleh Pendiri merupakan sumber penting untuk menelusuri sejarah Kongregasi CB. Pendiri menulis semua kenangannya dalam sebuah kitab biasa yang halaman-halaman awal sudah penuh dengan berbagai catatan lain. Tulisan asli ini sekarang disimpan dalam arsip kongregasi.
Dalam mendirikan kongregasi ini, Elisabeth Gruyters didampingi oleh P. A. van Baer yang pada tahun 1836 daingkat menjadi pastor-deken gereja St. Servatius. P. Van Baer menerima Elisabeth Gruyters sebagai Suster Cintakasih St. Vincentius a Paulo. Dari catatan sejarah. Dari catatan sejarah, ternyata Roma keberatan terhadap penamaan ini. Elisabeth dan P. Van Baer dihadapkan pada pilihan: menggabungkan diri dengan kongregasi yang didirikan oleh St. Vincentius a Paulo atau menerima St. Carolus Borromeus sebagai pelindung, dan ternyata mereka memilih pilihan terakhir, yaitu memilih St. Carolus Borromeus menjadi pelindung mereka. Namun, nama St. Vincedntius a Paulo tidak dihapus. Bagi kongregasi St. Vincnetius a Paulo merupakan pelindung kedua.



Visi Misi

St. Carolus Borromeus
 Kharisma
Cinta tanpa syarat dan bela rasa dari Yesus Kristus yang tersalib
Visi
Yang miskin, yang tersisihdan yang menderita diselamatkan dandan dibebaskan dalam Kerajaan Allah
Misi
Sadar akan persembahan hidup kita kepada Tuhan melalui hidup berkaul sesuai konstitusi kami, dengan diilhami Roh Kudus dan dijiwai oleh kharisma Bunda Elisabeth, serta dalam kesetiaan kepada Gereja Universal, kami Suster-Suster Cintakasih St. Carolus Borromeus berserah diri untuk:
  1. Mengembangkan relasi yang mendalam dengan Kristus dalam sikap hidup kontemplatif dan terus-menerus berdiskresi.
  2. Memberikan kesaksian hidup sebagai "Hamba Yahwe"
  3. Mewujudkan pelayanan bagi keutuhan manusia agar semakin sesuai dengan citra Allah sebagai tanda kehadiran KerajaanNya dan menghadapi tantangan zaman dalam kegembiraan dan kesederhanaan, dengan keberpihakan kepada mereka yang menderita karena ketidakadilan. identitas kami sebagai suster CB berlandaskan kuat pada pribadi Yesus, Sang Kristus.

Logo
 
Logo CB




Hubungi....
Provinsialat CB
Jl. Kolombo 19A, Yogyakarta 55223
Kotak Pos 27/YKBS
Telp. 0274-514024  Fax. 0274-515709
Email: dppcb@indosat.net.id

Postulat St. Carolus
Jl. Affandi CT X/26 Santren
Yogyakarta 55281
Telp: 0274-518837
email: postcbmrican@yahoo.com


Novisiat St. Carolus
Jl. Affandi CT X/26 Santren
Yogyakarta 55281
Telp: 0274-518837

Minggu, 08 Mei 2011

Ordo Santa Ursula (OSU)

 Sejarah Singkat
Kompani Santa Ursula didirikan tahun 1535 di Brescia, Italia, oleh Angela Merici. Pada akhir abad ke-16 menyebar ke Perancis. Kompani dalam bentuk aslinya, kelompok perawan dibaktikan yang tinggal di rumah masing-masing dengan pimpinan terpusat, tetap ada tanpa perubahan mendasar.Lambat laun ada Ursulin yang mulai hidup berkomunitas. Karena keadaan zaman dan khususnya karena dekrit Konsili Trente mereka menjadi biara dengan klausura. Biara-biara otonom mulai berkembang, kelompok biara yang membawa nama biara induk seperti Paris, Bordeaux, Toulouse, Lyon. Walaupun dalam klausura, putri-putri Angela itu dengan setia melanjutkan karya pendidikan yang berangsur-angsur mereka jalani sebagai jawaban atas kebutuhan zaman. Dalam bentuk itulah mereka tersebar ke seluruh dunia.
Pada akhir abad ke-19 ada sekitar 300 biara tersebar di semua benua. Mereka otonom, tergantung pada uskup diosis setempat.
Tahun 1870 Pemerintah Italia mulai menyita harta milik Gereja. Para Ursulin Roma terancam kehilangan biara mereka di Via Vittoria. Biara Blois memberi bantuan. Kemudian Biara Calvi dell'Umbra minta tolong, dan Blois memberi bantuan lagi.
Tahta Suci merestui permohonan mereka untuk membentuk uni kanonik Blois-Roma-Calvi. Masing-masing komunitas mempunyai pemimpin sendiri dan Ibu Marie St. Julien Aubry dari Blois dipilih menjadi Pemimpin Umum.
Paus Leo XIII (1810-1903) sangat gencar mempromosikan persatuan. Ia menyampaikan keinginannya kepada para Ursulin di seluruh dunia agar mereka bersatu di bawah seorang pemimpin umum yang tinggal di Roma. Para Ursulin dan para Uskup dimintai pendapat mereka tentang pokok itu.
Tanggal 18 Agustus 1900 Ibu Marie St. Julien menulis surat undangan kepada para pemimpin biara yang ingin membentuk uni. Sebagai jawaban, utusan dari 71 biara hadir dalam pertemuan yang dibuka tanggal 15 Nopember 1900 di Roma. 62 dari 71 biara menyatakan ingin membentuk uni. Tanggal 28 Nopember 1900 Paus Leo XIII memberi izin tertulis untuk pembentukan uni ke-62 biara itu.




Kerasulan
Kerasulan Ursulin beragam dan mengalami perubahan dalam kurun waktu sesuai dengan kebutuhan. Banyak Ursulin bekerja di sekolah, baik sekolah Ursulin atau bukan. Pendidikan diartikan secara luas, jadi tidak dibatasi pada pengajaran di sekolah. Pendidikan Ursulin menyiapkan orang untuk hidup, bukan hanya untuk karya. Kerasulan Ursulin diilhami oleh semangat Santa Angela yang ditimba dari tulisan-tulisannya. S. Angela sangat mementingkan harkat manusia. Jadi karya apa pun yang ditangani Ursulin, mereka akan selalu mengutamakan pendidikan yang mengembangkan potensi manusia. 
Akhir-akhir ini banyak karya sosial, pastoral dan kesehatan dipercayakan kepada Ursulin, baik di lembaga-lembaga Ursulin atau lain, dalam kerjasama dengan kongregasi lain, paroki, keuskupan, pemerintah atau swasta. Tentu saja pembinaan iman, retret dan rekoleksi, katekese dan pengembangan spiritualitas merupakan bagian yang penting dalam usaha Ursulin untuk membangun Kerajaan Allah.
Bergabung dengan Uni Roma memungkinkan Ursulin membuka dirinya lebar-lebar ke seluruh dunia. Dalam era globalisasi ini kehadiran misionaris Ursulin Indonesia juga diharapkan di negara-negara lain. Dalam situasi apa pun ia mendapat kekuatan dari kata-kata Bunda Angela yang meneguhkan.

 Hubungi
Provinsialat / Novisiat / Postulat
Jalan Supratman No 1
Kotak Pos 1840
Bandung 40018
Tel : +62 [22] 7207332
Email : info[at]ursulin[dot]or[dot]id
 

Minggu, 01 Mei 2011

Congregatio Fratres Immaculatae Conceptionis Beatae Mariae Virginis (FIC)

SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KONGREGASI FIC


Di kota Maastricht, tempat lahir Ludovicus Rutten, anak-anak telantarkan. Mereka berkeliaran di jalan-jalan, berbuat apa saja menurut kehendaknya dan tidak seorang pun berkata sesuatu. Mereka juga kekurangan makanan dan pakaian. Pergaulan mereka dengan yang sudah agak besar menimbulkan kelakuan-kelakuan yang tidak baik. Mereka tanpa pengasuh, tanpa pembimbing, dan tidak mendapat perhatian yang cukup dari orang tua mereka. Keadaan demikian menjadi perhatian Rutten.
Rutten terpanggil untuk berkarya di antara anak-anak dan kaum muda itu dengan memberikan kepada mereka yang paling mereka butuhkan.
Lahirnya Kongregasi FIC
Rutten menghadap pastor Zwijsen di Tilburg membicarakan rencananya.
"Dalam pembicaran dengan pastor, kami merencanakan untuk jika mungkin, mendirikan suatu kongregasi bruder, agar karya kami dapat dilanjutkan. Saya menyatakan keinginan saya agar paduka pastor akan mulai, lalu agar saya mendapat bruder-bruder dari paduka. Tetapi ia menolak dan mengatakan bahwa hal itu perkara saya. Malam itu saya tidak dapat tidur. Keesokan harinya saya mengatakan kepadanya, bahwa dengan kepercayaan kepada pertolongan Ilahi, dan di bawah perlindungan Bunda Maria, saya bersedia untuk mulai, asal paduka sanggup mencari dua orang calon untuk saya. Hal itu dijanjikan kepada saya. Maka rencana sudah ada."
Calon pertama ialah Frans Donkers yang dititipkan di postulat para Bruder Karitas. Namun calon ini tidak panjang umurnya. Frans Donkers meninggal sewaktu masih di postulat.
Yang berikut ialah Hoecken dari Tilburg. Hoecken juga mengikuti postulatnya para Bruder Karitas di St. Truiden. Setelah 9 bulan menjalani postulatnya, Hoecken dipanggil kembali ke Maastricht untuk mulai dengan 'Proyek yang besar'.
Pada tanggal 1 Oktober 1867, Rutten memikirkan kembali karya yang telah dimulainya dan berkembang, kemudian berkata sebagai berikut:
"Waktu saya mendirikan lembaga-lembaga tersebut, saya melihat Penyelenggaraan Ilahi, dan saya sungguh tidak mencari kemegahan saya sendiri. Saya yakin bahwa manusia sendiri sama sekali tidak berarti , dan bahwa segala hormat dan kemuliaan harus disampaikan kepada Allah. Saya yakin bahwa segala perbuatan baik yang barangkali saya lakukan, semata-mata merupakan karya penyenggaraan Ilahi, di bawah perlindungan Santa Perawan Maria yang dikandung tak bernoda. Saya yakin, dan akan tetap yakin sampai kematian saya, bahwa Maria-lah yang menolong saya dalam segala karya saya."
Catatan:
Rutten selain mendirikan sekolah-sekolah dan kemudian kongregasi FIC, masih mendirikan tempat-tempat untuk menampung orang-orang sakit, ibu-ibu tidak bersuami, dan karya-karya sosial yang lain, yang kemudian diserahkan kepada Perkumpulan Santo Vincentius a Paolo.

Perkembangan Kongregasi FIC
Dengan penuh kepercayaan akan Penyelenggaraan Ilahi serta perlindungan Santa Perawan Maria, para Bruder melakukan tugas serta dengan tertib melaksanakan konstitusi.
Pagi-pagi benar para bruder FIC bangun untuk memuji Tuhan. Kemudian ke tempat tugas masing-masing. Sore hari mereka bekerja sebagai tukang batu misalnya, studi yang dibebankan atau mengasuh anak-anak di asrama, dan sebagainya. Hari ditutup dengan memuji Tuhan.
Hidup serta karya mereka diberkati Tuhan. Setiap tahun ada beberapa pemuda yang menggabungkan diri kepada kongregasi FIC. Anggota bertambah, permohonan tenaga Bruder berdatangan dari berbagai keuskupan. Sekolah baru dibuka dan dan rumah baru didirikan.
Dan, menjadi kongregasi internasional - hadir, hidup dan melayani Allah dan sesama di empat benua:
Eropa Nederland (1840 ), Asia Indonesia (1920), Amerika Chile (1953), Afrika Malawi dan Ghana (1960) dan (1965).

BRUDER FIC DI INDONESIA

Jarang sekali ada surat edaran dari pusat yang meluapkan kegembiraan yang begitu besar: Kepada para Bruder, secara sukarela, ingin dikirim sebagai utusan ke Indonesia, diberi kesempatan untuk mendaftarkan diri sejak tanggal 20 januari sampai dengan sebelum 1 Maret 1920. Sambutan tidak tanggung-tanggung: 123 orang bruder mendaftarkan diri bersedia untuk dikirim ke Indonesia. Lalu, Bruder Pemimpin memilih 5 Bruder yang sekiranya cocok di kirim ke Indonesia.
Pada hari Minggu, 8 Agustus 1920, dilantiklah di kota Maastricht, di kapel induk biara de Beyart, Br. August sebagai pemimpin rumah Santo Fransiskus Xaverius di Yogyakarta. Kemudian pada tanggal 14 Agustus pada tahun yang sama lima bruder utusan pertama itu menuju Batavia (Jakarta). Berlabuh di Tanjung Priok, tanggal 19 September 1920. Pastor van Lith (tokoh pendidik di Muntilan) menyambutnya dengan mengucapkan "Selamat Datang!"
Kelima utusan pertama itu adalah: Br. Constantius, Lebuinus, August, Efratius dan Ivo. Pada tanggal 20 September 1920 mereka tiba dan mulai menempati rumah komunitas pertama Indonesia, di Yogyakarta. Sakarang tempat itu dikenal dengan Bruderan FIC Kidul Logi, Jl. P. Senopati.
Tugas mereka adalah berkarya diantara dan untuk penduduk asli Indonesia.
Segera karya para Bruder dikenal masyarakat dan berkembang ke kota-kota lain: seperti Muntilan, Sala, Ambarawa, Semarang, Boro, Klaten, kemudian mekar ke Jakarta, Kalimantan Barat, Sumatra Selatan dan Irian Jaya.

Perkembangan Bruder FIC di Indonesia
Karya bruder FIC di bidang pendidikan ini agaknya cepat mengena di hati beberapa pemuda.
Tahun 1923 dua pemuda mendaftarkan diri menjadi calon Bruder FIC. Mereka itu berasal dari Sala dan dari Salatiga. Mereka mulai masa postulatnya di Negeri Belanda. Tidak lama lagi diikuti oleh pemuda-pemuda yang lain. Mereka ingin seperti para Bruder, mengabdikan diri bagi sesama lewat pendidikan dan pembinaan.
Menjadi Bruder tidak berarti mencari kedudukan, kekuasaan, kehormatan dan kekayaan, melainkan 'Dalam persekutuan yang erat dengan Yesus Kristus, dengan sesama bruder, dan dengan sesama manusia, kita mengabdikan diri kepada pertumbuhan terus-menerus Kerajaan Allah [Kerajaan Kasih] di dalam diri kita, di dalam persekutuan kita, di dalam Gereja, dan di dalam dunia tempat kita hidup.'
Para Bruder FIC hidup bersama dengan para Bruder yang secita-cita dalam suatu rumah komunitas. Hanya dalam keadaan yang khusus, seorang Bruder FIC hidup di luar rumah komunitas. Berkarya, hidup bersaudara, dan berdoa adalah warna kehidupan sehari-hari Bruder FIC.
Sebagai kongregasi, terutama membaktikan diri kepada karya pendidikan dan pembinaan - kaum muda - yang dilaksanakan di sekolah, dan tetap terbuka bagi kemungkinan-kemungkinan lain, seperti: di asrama, di panti asuhan, dan karya sosial yang lain, baik di kota, pinggiran kota, maupun pedesaan; bahkan dengan keterbukaan hati menjalani perutusan ke negara atau benua lain, membaktikan diri di sana. Dalam semuanya itu, membawa 'amanat' tegas Bruder Pertama: Jangan pernah melalaikan orang miskin!

Seminari Menengah St. Yohanes Bosco - Samarinda

SEJARAH
Pendiri Seminari St. Yohanes Don Bosco adalah Mgr. Groen MSF,pada tanggal 12 Juli 1950.
Pada awalnya bernama St. Yosef, dengan makna : Mendidik seminaris yang mau bekerja keras,tekun dan taat dalam bimbingan Tuhan sebagaimana Santo Yosef. Tanggal 21 Mei 1938, wilayah Misi MSF di Kalimantan yang meliputi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur dipisahkan dari Vikariat Apostoliknya (Pontianak) dan dijadikan Prefektur Apostolik Banjarmasin,dan tanggal 19 Oktober 1938 Peter Jac Kusters MSF diangkat menjadi Prefek Banjarmasin.

Program kerja Pater Jac Kusters MSF meliputi 3 hal :

  1. Perbaikan dibidang sosial,berhubung adanya pergeseran pada bidang adat dan kebiasaa padakebiasaan pada masyarakat sebagai suku setempat.
  2. Mengintensifkan karya pastoral,supaya khususnya permasalahan hidup perkawinan dapat ditangani secara lebih baik.
  3. Mengusahakan adanya konsolidasi dibidang pendidikan dan pengajaran,kareba adanyapembukaan sekolah-sekolah dan pertumbuhannya yang terlalu cepat,baik sekolah yangdidirikan oleh Pemerintah maupun pihak Gereja.

Tanggal 12 Juli 1950, Mgr. J. Groen MSF,Vikaris Apostolik Banjarmasin,mendirikan Seminari Menengah dengan nama pelindung St. Yosef Pekerja. Hal ini dimaksudkan untuk mencetak tenaga pastoral yang taat,tekun, bekerja keras serta setia pada karya dan rencana Allah.

Setelah empat tahun berjalan, ternyata banyak peminatnya,sehingga tahun 1954 Seminari St. Yosef ini dipindahkan ke Sanga-sanga,kira-kira 10 Km arah ke laut, dari Kota Samarinda Kalimantan Timur. Seminari St. Yosef Sanga-sanga direncanakan akan menjadi Seminari Menengah Regional bagi Vikariat Banjarmasin dan Samarinda.

Tahun 1956 diadakan konferensi Vikaris seluruh Kalimantan, salah satu keputusannya adalah mengirim 3 kelas ke Seminari Nyarungkop-Pontianak hal ini dilakukan karena di Seminari Sanga-sanga kekurangan tenaga pengajar.

Tanggal 27 Juni 1959 Seminari Menengah St. Yosef Sanga-sanga di tutup. Kelas yang ada dipindahkan ke Seminari Nyarungkop Pontianak-Kalimantan Barat, hanya Kelas Persiapan Atas (KPA) tetap tinggal di Kalimantan Timur. Kemudian KPA ini dipindahkan ke Desa Tering, kira-kira 500 Km dari Samarinda.

SEMINARI ST. YOHANES DON BOSCO SAMARINDA

Tahun 1961, Seminari Menengah dibuka kembali di Samarinda. Para Siswa Seminari selama tiga tahun pertama mengikuti pelajaran SMP dab tiga tahun selanjutnya mengikuti pelajaran SMA. Di Seminari mereka mendapat pelajaran tambahan Bahasa Latin dan bidang-bidang pembinaan agama. Cara pengajaran seperti ini dapat berlangsung dengan baik karena pada tahun 1959 telah dibuka SMP Katolik di Samarinda. Selanjutnya tahun 1963 SMA Katolik pun dibuka,sehingga siswa Seminari Menengah yang berbeda di Nyarugkop-Pontianak dipindahkan kembali ke samarinda. Beberapa tahun kemudian Vikariat Banjarmsin juga mengirim siswa Seminarinya ke Samarinda.

Tahun 1971,Seminari St. Yosef diintegrsikan dengan Asrama St.Yohanes Don Bosco, sebuah asrama untuk pelajar Putra Non Seminaris yang didirikan tahun 1956. Semenjak penggabungan itu nama Seminari St. Yosef berubah menjadi "Asrama Seminari St. Yohanes Don Bosco. Pada tahun 1993, penggabungan ini dirombak, para Seminaris dipisahkan dengan yang non Seminaris. Para Seminaris pindah ke Gedung Seminari Don Bosco di jalan Pasundan 78, hingga sekarang.

Seminari Menengah Santo Yohanes Don Bosco Samarinda,walaupun telah sekitar setengah abad berdiri dan telah 12 tahun menempati gedung sendiri di Jalan Pasundan 78 Kampung Jawa Samarinda,tetapi jumlah murid tidak menunjukan ada peningkatan yang cukup berarti. Mungkin karena melihat minat siswa yang mau masuk Seminari tidak begitu menunjukan peningkatan itulah,maka sistim pembinaan dan jumlah tenaga pembinaannya pun tidak menunjukan adanya perubahan pada tahun-tahun yang sebelumnya,maka setelah pergantian Rektor Seminari, maka semuanya menunjukan adanya tanda-tanda kehidupan di seminari yang sebelumnya lengan sekarang menjadi ramai dan semakin banyak siswa yang mendaftar di seminari,siapakah gerangan sang Rektor yang mendobrak sistim lama dan mengganti dengan sistim yang kompotitif dan sangat ter up to date? ya... siapa lagi kalau bukan Pastor Benediktus Indropraptono Pr. Maju terus Seminari Don Bosco dalam meniti panggilan suci pantang menyerah Tuhan memberkati.


ARTI LAMBANG
Lambang didominasi bentuk bebijian yang melambangkan "BENIH=SEMEN (Bahasa Latin)" lebih lanjut pengertiannya berkembang menjadi " SEMINARE" lalau " SEMINARIUM" yang berarti "Penyemian Benih"
Makna Tulisan : Warna Kuning = Keluhuran; Merah = Pengorbanan demi sesama; Hijau=Kesuburan untuk penyemian benih; Biru muda = Keteduhan demi kesehatan jiwa raga; Biru Tua= Kemantapan dalam iman; Hitam=Keteguhan hati menolak godaan duniawi.
1. Inti Benih dipadu dengan Salib dan Cawan/Sibori yang menyatu dengan mesbah atau Altar bermakna SANCTITAS : Kesucian salah satu motto Seminari yang membina para Seminaris/Calon Imam untuk dapat hidup dan mempunyai dedikasi yang tinggi untuk hidup mengarah kepada Tuhan dan menjunjung tinggi bidang kesakralan/kekudusan di tengah dunia yang sudah porak poranda.
2. Daging Benih yang menjadi latar inti benih bermakna SANITAS: Kesehatan salah satu motto Seminari yang membina para Seminaris/Calon Imam untuk mampu hidup dalam jiwa dan raga yang sehat,walau mereka berada di situasi dunia yang penuh dengan kekotoran, dan justru nanti akan menjadi tugas dan kewajiban mereka untuk membawa dunia ini menuju kekudusan kepada Tuhan.
3. Kulit benih yang menjadi pelindung Inti benih yang bermakna SCIENTIA: Science/Pengetahuan salah satu moto Seminari yang membina para Seminaris/Calon Imam untuk memiliki Science/pengetahuan,dan Teknologi karena dewasa ini kemajuan dunia informatika begitu pesat dan up to date para calon Imampun harus bisa menyesuaikan semuanya itu dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan kewajibannya kelak sebagai Imam dalam melayani umat.
 
 
Visi Seminari
Bersandar pada motto : Kesucian,Kesehatan,dan Pengetahuan, brusaha memotivasi para Seminari untuk siap sedia menanggapi panggilan Tuhan,untuk belajar sebagai seorang calon Imam,biarawan-biarawati,kaum religius yang tekun dan handal
Seminari St. Yohanes Don Bosco adalah lembaga pendidikan calon Imam milik Keuskupan Agung Samarinda (KASRI). Sebagai seminari Menengah,seminari Don Bosco menampung dan membentuk para kaula muda yang mempunyai niat dan kemauan untuk menanggapi panggilan Tuhan secara khusus.

Misi Seminari
Berdasarkan Misi Keuskupan (Kususnya kemandirian dalam hal tenaga Pastoral) mendorong dan memotivasi para seminaris untuk siap sedia menaggapi panggilanTuhan, untuk belajar sebagai seorang calon Imam,biarawan atau kaum religius yang tekun dan handal.
dengan munculnya banyak panggilan, maka diharapkan muncul juga banyak tambahan tenaga pastoral ( baik awam maupun kaum berjubah) yang mau bekerja di wilayah keuskupan agung samarinda yang sampai saat ini masih sangat minim.

Seminari Don Bosco adalah lembaga pendidikan calon Imam milik keuskupan agung samarinda (KASRI). Sebagian seminari menengah,seminari don bosco menampung dan membentuk para kaula muda yang mempunyai niat dan kemauan untuk menaggapi Tuhan secara kusus.

VISI Jenjang SMU : Pribadi yang mulai mengidamkan Imamat

MISI Jenjang SMU :
  • Menerima para remaja tamatan SLTP yang ingin mewujudkan idamannya menjadi imam
  • Membentuk mereka untuk mulai memiliki kualitas-kualitas manusiawi dan rohani -
  • kristiani yang sesuai untuk memeluk tawaran panggilan imamat yang diidamkannya.
  • Menyeleksi mereka untuk mendapatkan calon yang sungguh-sungguh terpesona (aspirare)
  • akan tawaran panggilan imamat.
VISI jenjang KPA : Pribadi yang terpesona akan tawaran panggilan menjadi imam diosesan KASRI.
MISI jenjang KPA :
  • Menerima para kaula muda tamatan SMU/sederajat yang ingin mewujudkan idamannya
  • Membentuk mereka untuk mulai memiliki kualitas-kualitas manusiawi dan rohani - kristiani yang sesuai untuk memeluk tawaran panggilan imamat yang diidaminya.
  • Menyeleksi mereka untuk mendapatkan calon yang sungguh terpesona (aspirare) akan tawaran panggilan imamat
Visi Pra-Tor: Pribadi yang berani melamar untuk menjadi calon imam diosesan KASRI

Misi Pra-Tor :

  1. Menerima para kawula muda tamatan SMU seminari dan KPA yang ingin mewujudkan idamannya menjadi imam diosesan KASRI
  2. Membentuk mereka untuk semakin memiliki kualitas-kualitas manusiawi dan raohani-kristiani yang sesuai untuk memeluk tawaran panggilan imamat yang diidamkannya
  3. Menyeleksi mereka untuk mendapatkan calon yang berani melamar (Postulare) untuk menjadi calon imam diosesan KASRI.
 
 
 
Hubungi:
Seminari Menengah St. Yohanes Bosco 
Jl. Pasundan no. 48, Samarinda-Kaltim
Telp. (0541)742268
email: seminaridonbosco069@gmail.com
 

Kamis, 28 April 2011

Bunda Hati Kudus (BHK)

 Sejarah
Kongregasi para frater Bunda Hati Kudus didirikan oleh uskup agung Utrecht, Mgr. Andreas Ignasius Schaepman.
Pendiri
Beliau lahir di Zwolle pada tanggal 4 September 1815. Setelah ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1838 beliau mula-mula bertugas sebagai pastor pembantu di Zwolle, lalu menjadi pastor paroki berturut-turut di Ommerschans, Assen dan Zwolle.
Ketika pada tahun 1853 hirarki keuskupan ditegakkan kembali, Mgr. Zwijsen diangkap menjadi uskup agung Utrecht sekaligus uskup den Bosch. Tetapi beliau tinggal di den Bosch.
Pada tahun 1857 Mgr. Zwijsen mengangkat pastor Schaepman menjadi rektor seminari yang bakal didirikan di Rijsenburg. Tahun 1860, Schaepman menjadi plebaan (pastor paroki katedral) di Utrecht dan uskup koajutor dari uskup agung Zwijsen. Pada tahun yang sama ia ditahbiskan menjadi uskup. Tanggal 4 Februari 1868 ia menggantikan Mgr.Zwijsen sebagai uskup agung di Utrecht. Ia meninggal pada tanggal 19 September 1882.

Schaepman adalah seorang yang praktis. Ia berusaha memecahkan problem-problem yang sedang ia hadapi. Ia merasa prihatin dengan kaum miskin. Jauh sebelum ketimpangan sosial menjadi fokus perhatian masyarakat pada umumnya, ia sudah mencoba mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan kaum miskin. Setelah diangkat menjadi uskup ia banyak menaruh perhatian dalam bidang pengajaran.

Mulai tahun 1848 undang-undang dasar menjamin kebebasan pengajaran. Pengajaran berdasarkan aliran agama tertentu diperbolehkan, tetapi subsidi pemerintah tetap hanya diberikan kepada sekolah-sekolah negeri.
Sekitar tahun 1870 di provinsi-provinsi utara Nederland sudah ada beberapa tarekat suster yang bermisi dalam pendidikan para pemudi, tetapi belum ada tarekat yang mengelola pendidikan para pemuda.
Untuk mengisi kekurangan inilah Mgr. Schaepman mengambil inisiatif untuk mendirikan suatu tarekat bruder.
Ia meminta nasihat Mgr. Zwijsen yang pada tahun 1844 telah mendirikan tarekat para frater CMM (tarekat Santa Perawan Maria, Bunda yang berbelaskasih) di Tilburg.

Sebutan ‘frater’
Agar dapat meneruskan tradisi historis ini, Schaepman kemudian memutuskan banhwa para anggota tarekat yang akal didirikannya akan memakai sebutan ‘frater’. Jadi berbeda dengan tarekat lain pada umumnya yang menggunakan sebutan ‘bruder’.
Para anggota tarekat Broeders van het Gemene Leven (kehidupan bersama) sewaktu hidupnya Geert Grote, yaitu dalam abad ke-14 juga memakai sebutan ‘frater’.  Sewaktu tarekat ini berjaya, banyak yang dikerjakan demi pendidikan katolik di Nederland Utara.


Mgr.Schaepman mempersembahkan tarekat yang ia dirikan kepada Bunda Maria dengan nama “Bunda Hati Kudus”. Waktu itu devosi kepada Bunda Hati Kudus masih merupakan sesuatu yang baru yang pada waktu itu lebih dikenal dengan gelar ‘Harapan Orang-orang Putus Asa’. Promotor utama gerakan ini adalah pendiri para Misionaris Hati Kudus, yaitu Pedre Chevalier. Devosi ini meluas dari Issoudun-Perancis. Di Nederland basilik di Sittard dipersembahkan kepada Bunda Hati Kudus.

Hubungi...

Provinsialat Frater BHK
Jl. Raya Karangwidoro 7
Malang
Telp. (0341) 567465

Novisiat Frater BHK
Jl. Raya Karangwidoro 7
Malang
Telp. (0341) 572103

Postulat Frater BHK
Jl. Kimang Buleng 3
Maumere
Telp. (0382) 22494

Frateran St. Vinsensius A Paulo
Jl. Kebraon Widya II 15 - 17
Karangpilang, Surabaya
Telp. (031) 7670152
 

Senin, 25 April 2011

Ordo Praedicatorum (OP)

Pendiri
St. Dominikus (1170-1221) adalah Pendiri Ordo Pengkotbah (Order of Preachers) disingkat OP yang disebut juga sebagai Ordo Dominikan. Santo Dominikus adalah Santo Pelindung dari para ibu yang berharap dan astronom.




Santo Dominikus dilahirkan di Calaruega, Spanyol pada tahun 1171 dari keluarga Felix de Guzman dan Bl. Jean of Aza. Ia melewati masa kecilnya tanpa peristiwa besar yang menyolok. Ia ditahbiskan menjadi imam saat masih belajar di Universitas di Palencia pada tahun 1198/1199. Ia menjadicanon regular di Osma, Spanyol yang mengikuti secara ketat aturan yang dikembangkan oleh St. Agustinus di bawah pimpinan Uskup Diego de Acebo.
Mei 1203, King Alfonzo VII mengutus uskup Diego untuk mengatur pernikahan putranya, Infante don Fernando, dengan putri dari keluarga kerajaan Denmark. Pernikahan tersebut diharapkan dapat mempererat relasi politik antara Castile (Spanyol), Denmark dan Prancis. Dalam perjalanan, tepatnya di Toulouse, Prancis Selatan, Dominikus yang menemani Uskupnya untuk pertama kali berhadapan dengan bidaah Albigensian di sebuah penginapan. St.Dominikus berdebat sepanjang malam dengan pemilik penginapan tersebut dan saat matahari terbit, pemilik penginapan tersebut kembali ke iman katholik.
Di Denmark, Uskup Diego bertemu dengan dengan Uskup Agung Andrew Sunesen dan rencana pernikahan disetujui. Pada tahun 1205, Uskup Diego mengadakan perjalan kedua ke Denmark untuk menjemput sang putri, tetapi rencana pernikahan dibatalkan sepihak oleh sang putri. Setelah misi di Denmark, Uskup Diego berkunjung ke Roma dan melanjutkan perjalanannya ke Montpellier, Prancis Selatan dimana bidaah Albigensian dan Catharist mengancam Gereja Katholik. Di sana, dia bertemu dengan tiga 'pontiff legates' Arnoud AmauryPeter of Castelnau, dan Maitre Raoul yang mengalami frustasi dalam misi mereka memerangi bidaah. Uskup Diego kemudian berinisiatif untuk membantu ketiga utusan paus tersebut dengan preaching mendicancy.
Pada tahun 1207 setelah setahun memerangi bidaah di Prancis selatan, uskup Diego memutuskan kembali ke Osma, sementara Dominikus melanjutkan misinya di Montpellier. Sebuah pukulan besar buat Dominikus saat mendengar kabar kematian uskup Diego pada 30 Desember 1207.
Duta kepausan Peter de Castelnan dibunuh oleh kaum heretis Albigenses pada 14 Januari 1208. Paus Innocent III selanjutnya melancarkan kampanye militer di bawah pimpinan Simon de Montford melawan Count Raymond VI, pemimpin kota Toulouse yang diduga sebagai perencana pembunuhan Peter of Castelnau, yang selanjutnya mewarnai perang saudara serta pembunuhan massal. Sementara para serdadu memerangi para bidaah dengan pedang dan kekerasaan, Dominikus memerangi mereka dengan berkhotbah.
Setelah 'Battle of Muret' pada 12 September 1203, Simon de Montford berhasil menaklukkan kota Toulouse dan menjadikan kota tersebut sebagai pusat pertahanannya. Di kota ini pula Dominikus menerima Peter Seila dan Thomas yang ingin ambil bagian dari karya Dominikus dan menjadi saudara dari Dominkus. Maka, Dominikus menerima mereka dalam pengucapan kaul religius. Untuk sementara, mereka tinggal di rumah pemberian Peter Seile. Kemudian Dominikus meminta izin dari Uskup Fulk, Uskup Toulouse, untuk pendirian 'ordo'-nya tersebut.
Pada September 1205, Dominikus pergi ke Roma untuk meminta konfirmasi untuk ordonya dan sekaligus menghadiri Konsili Lateran keempat yang berlangsung bulan November. Paus Innocent III menjanjikan konfirmasi tersebut dengan syarat bahwa Dominikus harus memilih dasar konstitusi dari ordonya sesuai dengan aturan-aturan yang telah diterima Gereja. Dominikus kemudian kembali ke Toulouse dan mengumpulkan saudara-saudaranya untuk 'First Dominican General Chapter' pada 29 Mei 1206 (Pantekosta). Mereka dengan keyakinan penuh memilih regula santi Agustini sebagai dasar konstitusi mereka.
Pada 16 Juli 1206, Paus Innocent III meninggal dunia dan Kardinal Cencio Savelli terpilih sebagai Paus berikutnya yang kemudian mengambil nama Honorius III. Pada 22 Desember 1216, Paus Honorius III menyetujui konfirmasi ordo ini, dan dengan itu OP atau Order of Preachers berdiri secara sah.
Di akhir hidupnya Dominikus mengkonsentrasikan diri untuk mengatur kehidupan ordo serta membuat perjalanan panjang ke Italia. Spanyol dan Prancis untuk berkotbah yang menarik begitu banyak kaum muda serta membangun rumah-rumah biara yang baru.
Ia meninggal pada tanggal 6 Agustus 1221 setelah konsili kedua dari ordo ini di Bologna, Italia. Dua belas tahun setelah kematiannya yakni pada 3 Juni 1234, dia dikanonisasikan menjadi orang kudus.
Pestanya dirayakan setiap Tanggal 8 Agustus. Dominikus juga mendorong umatnya untuk bersikap rendah hati dan melakukan silih. Suatu ketika seseorang bertanya kepada St Dominikus buku apakah yang ia pergunakan untuk mempersiapkan khotbah-khotbahnya yang mengagumkan itu. “Satu-satunya buku yang aku pergunakan adalah buku cinta,” katanya. Ia selalu berdoa agar dirinya dipenuhi cinta kasih kepada sesama. Dominikus mendesak para imam Dominikan untuk membaktikan diri pada pendalaman Kitab Suci dan doa. Tidak seorang pun pernah melakukannya lebih dari St. Dominikus dan para pengkhotbahnya dalam menyebarluaskan devosi Rosario yang indah.

Persaudaraan

Hidup dalam persaudaraan sejati, yang sehati dan sepikiran menuju Allah adalah tujuan pertama hidup komunitas pengkhotbah. Namun demikian persaudaraan ini tidak berhenti dengan menikmati kehadiran satu dengan yang lain. Seperti komunitas para Rasul, komunitas pengkhotbah berusaha menemukan Allah yang menang atas dosa dan maut secara bersama dan mewartakannya pada umat Allah. Hidup seorang Dominikan dikonsekrasikan untuk “berbicara dengan dan tentang Allah.” Dalam persaudaraan pengkhotbah ini kasih Allah menjadi nyata, dan hal ini memperkuat komitmen untuk terus melayani Allah secara selibat. Hidup komunitas juga penting dalam usaha mencari kebenaran. Usaha ini menjadi usaha bersama, di mana setiap orang yakin bahwa tidak ada seorang pun yang mempunyai monopoli atas kebenaran. Setiap orang selalu dapat memberikan pencerahan pada yang lain. Hidup Ordo Dominikan, oleh sebab itu, selalu dibangun atas dasar musyawarah untuk mencari kebenaran bersama.
Santo Dominikus juga melihat studi sebagai suatu bentuk spiritualitas. Sejak awal ia mengirim para pengikutnya yang pertama ke pusat-pusat studi Eropa untuk mewartakan Sabda sekaligus menimba ilmu. Santo Dominikus sendiri membuat peraturan di mana para pengikutnya diwajibkan terus menerus mempelajari, mendalami dan menghidupi Sabda. Hal ini dihidupi secara serius oleh pengikut-pengikutnya, seperti Santo Tomas Aquinas, sebagai Doktor Gereja yang ajarannya selalu memperkaya refleksi teologi, Santo Raymond Penyafort, pelindung para ahli hukum Gereja, atau Santo Paus Pius V, Paus yang mengemban tugas Konsili Trente. Di abad ke 20 ini, Ordo Dominikan melahirkan pemikir-pemikir Gereja yang memberi wawasan baru dalam hidup mengereja, seperti JM. Lagrange yang mendirikan pusat studi Kitab Suci di Yerusalem, Anawati yang mempelopori dialog dengan Islam, Yves Congar yang menekankan pentingnya Roh Kudus dan peranan awam dalam Gereja.

Dalam perkembangan selanjutnya, karisma studi ini dijalankan oleh para Dominikan dengan cara yang lebih beragam. Selain menekankan pentingnya memperdalam ilmu-ilmu gerejawi, para pengikut Santo Dominikus juga terlibat dalam disipline ilmu lainnya. Bidang sosial-politik diperkaya oleh kehadiran Bartolome de las Casas dan Montesino, yang menjadi tokoh pembebasan perbudakan orang-orang Indian di Amerika Latin. Jejak mereka saat ini diikuti oleh banyak anggota Ordo Dominikan yang bekerja dalam bidang ini termasuk Bapak Teologi Pembebasan, Gustavo Guiterrez. Bidang ilmu pengetahuan alam diperkaya oleh kehadiran Santo Albertus Magnus, ahli biologi dan zoology yang kemudian diangkat sebagai santo pelindung para ahli ilmu pengetahuan alam. Dominikan juga bekerja dalam bidang kesenian. Beato Angelico, misalnya, adalah pelukis abad pertengahan yang karyanya masih dikagumi banyak seniman sampai saat ini. Seorang Dominikan, dengan demikian, diharapkan mampu menerapkan dan melihat relevansi Sabda dalam berbagai aspek kehidupan.

Santo Dominikus mendapat julukan, saudara yang selalu gembira. Walaupun ia mengalami tantangan yang begitu banyak, bahkan dengan nyawanya yang terancam, Santo Dominikus tetap penuh pengharapan. Ia demikian, karena lewat doa dan studinya, ia menemukan bagaimana Allah bekerja secara nyata dalam hidup manusia. Doa dan studi menjadi mata air pengharapan dan kegembiraan. Persaudaraan pengkhotbah yang dibangun dalam doa dan studi pada akhirnya harus membuat seorang Dominikan menjadi pelayan umat Allah yang efektif. Ia diharapkan terus “berkontemplasi dan membagikan buah kontemplasinya.” Doa dan studi tidak boleh hanya berhenti demi keselamatan jiwa pribadi, tapi harus menjadi awal penyelamatan banyak jiwa. Oleh sebab itu, hidup seorang Dominikan dikonsekrasikan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Ia harus mampu pergi ke mana pun ia diperlukan. Saat ini Dominikan hadir di 104 negara.